Lihat ke Halaman Asli

Laviona PutriRegula

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

Observasi Produksi Gula Aren oleh Peserta One Village One Ceo di Desa Purwabakti Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor

Diperbarui: 30 November 2022   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

dokpri

Desa Purwabakti memiliki potensi sumber daya alam yang sangat luar biasa, salah satunya pertanian dengan teraseringnya, perkebunan kopi, ternak domba, budidaya ikan, olahan kuliner masyarakat, hasil kerajinan masyarakat, dan potensi wisata alam seperti curug (air terjun), air panas, perkebunan teh, panorama hutan pinus, bumi perkemahan, serta adat kebudayaan.

Dari banyaknya potensi sumber daya alam tersebut, salah satunya adalah produksi gula aren secara tradisional oleh warga setempat. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pohon aren yang tumbuh di sekitar, beberapa masyarakat desa Purwabakti bermata pencaharian dari hasil memanfaatkan pohon aren tersebut, misalnya gula aren dari air nira, sapu ijuk dari tangkai daun, pembungkus gula aren dari daun, dan kerajinan berbahan dasar pohon aren.

Produksi gula aren terbanyak di wilayah dusun 3, kampung Cisalada. Masih dengan cara tradisional, proses pembuatan gula aren cukup memakan banyak waktu. Namun dengan begitu, hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Selain dapat melihat langsung proses pembuatannya, mereka juga bisa membeli produknya untuk cinderamata.

Selain memiliki rasa karamel yang ringan dan rasa manis yang khas, gula aren juga memiliki aroma jauh lebih pekat dan kuat dibanding dengan gula yang terbuat dari nira kelapa. Tak hanya mempermanis makanan dan minuman, gula aren juga memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Diantaranya menjaga kadar gula darah, mengendalikan tenakan darah, menjaga Kesehatan tulang, menurunkan risiko batu ginjal, dan masih banyak lainnya.

Sebelum menjadi gula aren yang utuh, terlebih dahulu mengambil air nira di pohon aren yang terbilang cukup tinggi. Setelah itu, air nira dimasak sampai matang hingga menjadi lahang. Lahang  dimasak dengan cara tradisional menggunakan tungku api selama kurang lebih 4-5 jam hingga teksturnya berubah menjadi kental dan warnanya menjadi coklat kehitaman. Setelah itu diaduk hingga merata lalu tuang ke dalam cetakan yang telah disiapkan dan dibungkus menggunakan daun dari pohon aren yang sudah dikeringkan beberapa hari

dokpri

dokpri

dokpri

dokpri

dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline