Lihat ke Halaman Asli

Laviona PutriRegula

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

Beras Rendah Glikemik, Produk Unggulan Bumdes Bhakti Kencana Desa Purwabakti, Pamijahan Bogor

Diperbarui: 29 November 2022   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dokpri

Desa Purwabakti memiliki potensi sumber daya alam yang sangat luar biasa, salah satunya pertanian dengan teraseringnya. Masyarakat desa beserta pemerintahan desa Purwabakti melalui musyawarah desa khusus mendirikan sebuah wadah/Lembaga yang memang diperuntukkan mengelola potensi sumber daya alam tersebut. Pada tanggal 11 Maret 2018 maka dibentuklah sebuah lembaga usaha pedesaan yaitu Bada Usaha Milik Desa Purwabakti (BUM Desa) dengan nama BUMDes Bhakti Kencana

Selasa, 13 September 2022. Peserta One Village One CEO yang bertugas di desa Purwabakti berkesempatan untuk mengikuti serangkaian proses pembuatan beras rendah glikemik, produk inovasi yang menjadi unggulan desa tersebut.

Produk tersebut memiliki Indeks Glikemik (IG) yang tergolong rendah (<55). Produk tersebut dapat dicerna oleh tubuh secara perlahan, sehingga tidak menyebabkan kadar gula darah naik secara drastis. Sangat cocok untuk penderita diabetes.

Pak Haji Emang, kepala GAPOKTAN desa Purwabakti memberikan arahan kepada para peserta One Village One CEO selama rangkaian proses pembuatan padi rendah glikemik. Dimulai dari menanam padi hingga dipanen, lalu padi direndam selama satu malam. Selanjutnya, padi yang sudah direndam dijemur dibawah terik matahari dari pagi hingga sore. Kemudian padi dikukus untuk kemudian dijemur lagi keesokan harinya. Tahap terakhir sebelum pengemasan, yaitu penggilingan yang dilakukan sebanyak satu kali. Hal ini dilakukan agar beras tidak hancur

Proses pembuatan beras rendah glikemik milik BUMDes Bhakti Kencana ini memakan waktu sekitar 5-7 hari. Dalam pengerjaannya, produk masih diolah menggunakan alat manual dan seadanya. Pengemasan produkpun masih kurang menarik untuk bisa sampai masuk ke dalam supermarket. Kendati begitu, produk tersebut memiliki potensi yang begitu besar untuk berkembang dan berkelanjutan.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline