Setiap hari buka media, setiap hari selalu hadir berita tentang kekerasan pada anak, belum usai berita kekerasan seksual pada anak diJIS, Batam dan yang lebih heboh diSukabumi, udah muncul lagi berita tentang kematian siswa SD Almarhum Renggo, bayi yang dibuang orang tuanya, hari ini muncul lagi berita Balita 3 tahun yang diperkosa pamannya, Balita 3thn diPekanbaru yang harus mencari nafkah untuk hidupnya dan kakak-kakaknya dan yang paling menyedihkan kematian Balita Diva yang meninggal ditangan pengasuhnya. Kapan berita-berita ini berganti cerita tentang warna-warni indahnya masa kanak-kanak?
Siapa dan apa yang salah pada negeri ini yang katanya Tanah Surga, tanah dan batu bisa jadi tanaman yang mungkin maksudnya yang mati aja bisa mudahnya hidup disini, tapi ternyata yang Hidup justru dengan mudahnya mati disini. Begiu beratkah kerusakan moral bangsa ini korupsi merajalela, kekerasan menjadi hal yang biasa, nyawa sudah tidak ada artinya Lalu bagaimana nasib generasi penerus bangsa ini jika dari mereka lahir dan tumbuh besar dikelilingi dengan bahaya yang setiap saat mengancam mereka
Banyak yang bertanya-tanya kemana komnas perlindungan anak, kemana orang tuanya dan kenapa bisa begini? Beeeeeuuh... Tak tau ini salah siapa dan apa solusinya apakah ini memang bagian program pemerintah dalam mengurangi penduduknya? Lihatlah maraknya tayangan televisi yang justru seakan-akan menyokong dan membimbing orang-orang dinegeri ini untuk hidup tanpa perasaan, menyakiti membully seolah-olah jadi trend hidup yang sadisnyanya lagi justru diperankan oleh anak-anak yang kelak menjadi panutan bagi anak-anak lainya yang menonton. Film yang mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan sudah banyak melenceng karena dibumbui juga dengan adegan kejahatan yang sepatutnya tidak perlu mesti ikut ditampilkan. karena justru yang negatif cenderung lebih ditiru
Tuhan Lindungilah anak-anak kami penerus bangsa ini dari segala kejahatan dan jadikan anak-anak kami manuasi-manusia yang lebih baik dan sempurna dari pada kami ini. Aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H