Lihat ke Halaman Asli

Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Tangerang, Provinsi Banten

Diperbarui: 1 Juni 2024   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Artikel Opini

 

Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan. Pada tahun 2020, Kota Tangerang Selatan menduduki urutan pertama untuk jumlah kasus DBD sebanyak 516 orang dengan jumlah kematian 2 orang. Selain itu, terjadi peningkatan Insiden Rate dari tahun 2019 sebanyak 6,6 per 100.000 menjadi 18,3 per 100.000 pada tahun 2020. Faktor-faktor seperti variabilitas iklim, kelembaban, curah hujan, dan kondisi lingkungan yang memungkinkan perkembangbiakan nyamuk vektor DBD dapat menjadi penyebab peningkatan kasus DBD di Kota Tangerang Selatan. Distribusi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan selama tahun 2016-2020 adalah sebagai berikut:

  • Rata-rata kejadian DBD tahun 2016-2020 sebanyak 39 kasus.
  • Median kejadian DBD tahun 2016-2020 sebanyak 27 kasus.
  • Standar deviasi kejadian DBD tahun 2016-2020 adalah sebesar 29 kasus.
  • Rentang kejadian DBD (Min-Maks) tahun 2016-2020 adalah antara 6 hingga 148 kasus.

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat variasi dalam distribusi kasus DBD di Kota Tangerang Selatan selama periode tersebut. Meskipun rata-rata kejadian DBD adalah sekitar 39 kasus, namun standar deviasi yang cukup tinggi (29 kasus) menunjukkan adanya fluktuasi atau variasi yang signifikan dalam jumlah kasus DBD setiap tahunnya.

Oleh sebab itu, beberapa dampak dari insiden penyakit DBD di Kota Tangerang Selatan dapat mencakup sebagai berikut:

  • Dampak Kesehatan Masyarakat:
  • Meningkatnya jumlah kasus DBD dapat menyebabkan beban kesehatan yang berat bagi masyarakat, terutama bagi anak-anak dan orang dewasa yang rentan terhadap penyakit tersebut.
  • Risiko kematian akibat DBD dapat meningkat, terutama jika penanganan medis tidak dilakukan dengan cepat dan tepat.
  • Penderita DBD yang memerlukan perawatan intensif dapat membebani sistem kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Tangerang Selatan.
  • Dampak Sosial dan Ekonomi:
  • Kasus DBD yang tinggi dapat memengaruhi produktivitas masyarakat akibat absensi kerja atau sekolah akibat penyakit.
  • Biaya pengobatan dan perawatan bagi penderita DBD dapat memberikan beban ekonomi tambahan bagi keluarga yang terkena dampak.
  • Dampak Terhadap Sistem Kesehatan:
  • Peningkatan kasus DBD dapat menempatkan tekanan tambahan pada sistem kesehatan di Kota Tangerang Selatan, terutama dalam hal kapasitas pelayanan kesehatan, obat-obatan, dan tenaga medis.
  • Perluasan upaya pencegahan dan pengendalian DBD dapat memerlukan alokasi sumber daya tambahan dari pemerintah dan lembaga terkait.

Hal ini menunjukkan pentingnya pemantauan yang cermat terhadap kasus DBD di Kota Tangerang Selatan serta perlunya langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang efektif untuk mengendalikan penyebaran penyakit tersebut. Hal ini meliputi upaya pemberantasan sarang nyamuk, edukasi masyarakat tentang pencegahan DBD, pemantauan kasus secara aktif, serta kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan penyakit tersebut. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan dampak insiden penyakit DBD di Kota Tangerang Selatan dapat diminimalkan dan kesehatan masyarakat dapat terjaga dengan baik. Hambatan yang terjadi pada kasus DBD di Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

  • Peningkatan Insiden Rate dan Jumlah Kasus: Peningkatan Insiden Rate DBD dari tahun ke tahun menunjukkan adanya hambatan dalam pengendalian penyebaran penyakit tersebut di Kota Tangerang Selatan.
  • Variasi Iklim seperti suhu, kelembaban, dan curah hujan dapat mempengaruhi perkembangan vektor nyamuk penyebab DBD seperti Aedes aegypti. Faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh perubahan iklim dapat menjadi hambatan dalam pengendalian DBD karena mempengaruhi populasi nyamuk vektor.
  • Keterbatasan Sumber Daya dan Koordinasi: Diperlukan kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam memanfaatkan data faktor iklim untuk menentukan strategi pencegahan dan pengendalian DBD. Keterbatasan sumber daya, termasuk tenaga, anggaran, dan fasilitas, dapat menjadi hambatan dalam implementasi program pengendalian DBD yang efektif.
  • Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat dalam pencegahan DBD, seperti melakukan 3M Plus (Menguras, Menutup, Memanfaatkan Kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis serta Mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk), mungkin masih perlu ditingkatkan.

Oleh sebab itu, setelah diketahui jumlah kasus DBD yang ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun terakhir 2020 diharapkan masyarakat dapat memenuhi pencegahan yang seharusnya dilakukan agar pada tahun berikutnya jumlah kasus DBD tidak lagi lebih tinggi daripada tahun 2020.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline