Lihat ke Halaman Asli

Di Balik K-Pop dan Indie

Diperbarui: 22 Maret 2021   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik pch.vector

Globalisasi dan perkembangan teknologi berkembang semakin pesat saat ini. Dengan adanya teknologi, kita memperoleh berbagai kemudahan. Hal tersebut membuat kita menjadi nyaman dan bahkan dapat terlena dengan kemudahan dan kesenangan yang "ditawarkan" oleh teknologi. Dapat dilihat dari realitas saat ini, begitu cepat akses internet yang bisa kita nikmati. Selain itu, menjamurnya media sosial serta kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi juga menjadi nilai tambah bagi kehadiran teknologi.

Informasi yang dapat diakses di internet tidak hanya informasi yang beredar di lingkungan terdekat atau sekitar kita saja, melainkan seluruh dunia. Itulah hebatnya teknologi. Khalayak dapat dengan mudah mencari dan mendapatkan informasi seluas mungkin. Hal ini juga berkaitan dengan para pembuat pesan, mereka dapat dengan mudah menyebarkan pesan atau informasi mereka kepada audiens yang sangat luas. 

Salah satu yang dapat kita rasakan adalah perkembangan budaya luar negeri, yang salah satunya ditandai dengan masuknya lagu-lagu dengan bahasa luar seperti Korea, Jepang, Inggris, Mandarin, Thailand, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar bahwa salah satu dampak dari globalisasi adalah masuknya budaya asing ke dalam budaya kita sendiri. Dampak ini berkaitan dengan kemudahan akses informasi dan pengiriman pesan yang disediakan oleh teknologi saat ini.

Saat ini, banyak remaja menggilai musik bergenre pop. Contohnya seperti Indonesia. Di Indonesia para remaja mendominasi genre musik pop sebagai musik favorit mereka, salah satunya adalah Kpop. Kpop atau Korean-pop merupakan salah satu kebudayaan Korea yang masuk melalui musik, film, bahasa, makanan, dan hal lain yang berkaitan dengan Korea. 

Banyak lagu-lagu Korea yang telah masuk dan digemari masyarakat (terutama remaja) Indonesia, seperti  contohnya boyband BTS, EXO, NCT serta girlband SNSD, BLACKPINK, dan Twice. Nama-nama ini tentu sudah tidak asing lagi bagi mereka. Bahkan lagu-lagu mereka sudah sering kita dengar di media massa maupun tempat umum, seperti radio, televisi, dan pusat perbelanjaan.

Fenomena Kpop ini dapat dikatakan sebagai budaya populer. Pada dasarnya, budaya populer merupakan dampak dari perkembangan globalisasi. Budaya populer dapat didefinisikan sebagai budaya yang disukai oleh banyak orang (Storey, 2015, p. 5). 

Dari definisi ini, dapat kita lihat bahwa Kpop memiliki peminat yang banyak dan mendunia. Bahkan budaya tersebut juga telah masuk ke Indonesia. Budaya Kpop sangat melejit di Indonesia. Dilansir dari Kumparan (30 Desember 2020), Kpop mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 2011. Hal ini berarti sudah cukup lama budaya Kpop masuk ke Indonesia. Tidak jarang pula para penggemar Kpop mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Korea, seperti contohnya pameran foto idol Kpop, dance cover dengan diiringi lagu Kpop, hingga menggunakan foto idola Kpop mereka sebagai foto profil di media sosial. Hal-hal seperti ini menjadi beberapa contoh identitas yang dibangun oleh fans Kpop sehingga masyarakat lain dapat mengetahui bahwa mereka adalah salah satu Kpopers (sebutan untuk fans Kpop). 

Perkembangan Kpop di Indonesia atau yang dikenal dengan istilah Korean wave, merupakan salah satu fenomena yang tercipta sebagai bagian dari proses industri (Firdani, 2019, p. 109). 

Seperti yang telah dijelaskan dalam penelitian ini, Korean wave merupakan upaya bagi sebagian negara di Asian untuk bangkit dari krisis ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 1990, sehingga dapat dikatakan bahwa fenomena Korean wave ini merupakan bentuk kapitalisme global dan Asia yang memanfaatkan teknologi dan komunikasi massa untuk menyebarkan produk kebudayaan mereka. Hal ini mengakibatkan kebudayaan Korea dikenal oleh masyarakat negara-negara luar dan menjadi sebuah budaya populer atau pop culture masa kini. Maka dari itu Korean wave dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk politik identitas yang dimiliki oleh Korea, terutama Korea Selatan. 

Kpop mulai mendominasi kebudayaan saat ini. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan Storey yang menyatakan bahwa budaya populer merupakan salah satu analisis politik, terutama pada perkembangan mengenai konsep hegemoni (Storey, 2015, p. 10). 

Realitasnya, saat ini Kpop telah dijadikan sebagai 'tolak ukur' dalam kebudayaan. Dapat dilihat dari banyaknya remaja Indonesia yang tertarik untuk mengaplikasikan make up dengan konsep Korean look, model pakaian, serta munculnya girlband dan boyband Indonesia. Hal ini dapat dikatakan bahwa Kpop telah menghegemoni kebudayaan Indonesia. Dengan begitu, mereka juga memiliki kekuatan ekonomi dari hasil kegiatan ekspansi kebudayaan yang dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline