Lihat ke Halaman Asli

Instagram sebagai Media Pembentuk Identitas

Diperbarui: 5 Maret 2021   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: louandmarks

Saat ini, masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran internet dan perangkat teknologi yang menjadi salah satu bentuk artefak budaya di era digital. Di Indonesia, digitalisasi ini telah amat terasa dan dibuktikan dengan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020 lalu (Kominfo, 9 November 2020) yang menyatakan bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia telah naik menjadi 73,7%. 

Angka ini merupakan angka yang cukup tinggi karena telah melampaui setengah dari total penduduk Indonesia. Media sosial menjadi salah satu hasil dari kemunculan internet dan perangkat teknologi canggih. 

Adanya media sosial, membawa masyarakat kepada kemudahan dalam berinteraksi dengan menghapus jarak, ruang, dan waktu. Maka dari itu, tidak heran apabila saat ini media sosial telah menjamur di tengah masyarakat. Sensor Tower (dalam CNN Indonesia, 27 Agustus 2020) merilis aplikasi media sosial dengan pengguna terbanyak, salah satunya adalah Instagram.

Dikutip dari Aprillia (2015), Instagram merupakan aplikasi berbagi foto dan video. Media sosial ini memiliki menu yang banyak dan beragam serta menjadi salah satu jejaring sosial yang populer di era digital sekarang. Menu tersebut memungkinkan pemilik akun untuk mengambil foto dan video, kemudian menambahkan filter atau efek ke dalamnya dan membagikannya ke laman Instagram. 

Selain itu, aplikasi ini juga menyediakan kolom teks serta lokasi yang dapat ditulis oleh pemilik akun. Tentunya orang lain dapat memberikan reaksi pada postingan tersebut berupa tombol suka atau komentar.

Pada umumnya, pengguna Instagram akan membagikan hal-hal berkesan atau sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas pemilik akun. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam bentuk tutur kata, gaya bicara, gaya hidup, pakaian, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan diri mereka. Unsur-unusr inilah yang nantinya akan merujuk kepada pembentukan identitas. 

Dalam teori circuit of culture atau sirkuit kebudayaan, identitas dimaknai sebagai alat pengenalan diri manusia yang berfungsi untuk membedakan diri mereka dengan manusia lainnya (Junifer, 2016, p. 120). Konsep sirkuit budaya ini dibahas oleh Stuart Hall sebagai sebuah proses kultural. Konsep ini terdiri dari lima aspek, yaitu representasi, identitas, produksi, regulasi, dan konsumsi (Junifer, 2016, p. 111 -- 112).

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Albertazzi menyatakan hal tersebut bisa terjadi karena foto yang diunggah oleh pemilik akun berpotensi untuk dapat merefleksikan kode, nilai, serta keyakinan atas kebudayaan (Kertamukti, dkk., 2019, p. 28). Maka dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa setiap postingan yang diunggah ke laman Instagram mampu menunjukkan identitas seseorang. 

Contohnya, seorang model pada umumnya akan lebih banyak melakukan posting hasil foto dirinya saat sedang melakukan photoshoot. Begitu pula dengan Sang Fotografer, ia cenderung akan lebih sering membagikan foto-foto hasilnya untuk "dipamerkan" di laman Instagram pribadi miliknya. Ketika orang lain melihat profil mereka, mereka akan mengetahui "siapa" orang yang ada di balik akun tersebut.

Kesimpulan dari uraian ini adalah perangkat teknologi menjadi salah satu artefak budaya di era digital seperti saat ini. Adanya perangkat teknologi serta kemudahan akses internet menjadikan media sosial sebagai alat komunikasi semakin menjamur di tengah masyarakat, salah satunya adalah Instagram. Media sosial Instagram tersebut menjadi salah satu media yang dapat merepresentasikan identitas penggunanya. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui unggahan yang mereka kirim pada laman Instagram pribadi. Konten baik itu foto maupun video yang diunggah dapat menunjukkan "siapa" orang yang bermain di balik akun tersebut.

Daftar Pustaka
Aprillia, N. (2015). Instagram sebagai ajang eksistensi diri. (Skripsi sarjana, Fakultas Ilmu Sosial   dan Ilmu Politik, Universitas Pasundan).  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline