Tak ada kawan dan tak ada lawan yang abadi di dalam politik. Apa yang terjadi dengan koalisi Perubahan dimana di dalamnya ada Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai PKS tampaknya mengalami perbedaan haluan politik khususnya pada Pemilihan Presiden 2024.
Partai Demokrat merasa dihianati oleh Anies Baswedan, soal Bakal Calon Wakil Presiden dari Koalisi Perubahan, dimana Partai Demokrat mengajukan nama Agus Harimurti Yudoyono Ketua Umum Partai Demokrat sebagai Wakil dari Anies Baswedan. Faktanya dua Partai Koalisi Perubahan yaitu Partai Nasdem dan Partai PKS tanpaknya tak menyetujui dan lebih merestui Cak Imin Ketua Umum Partai PKB sebagai Bakal Calon Wakil Presiden dari Anies Baswedan dan segera akan melakukan deklarasi.
Wacana menduetkan Anies Baswedan dan Cak Imin membuat Partai Demokrat meradang dan menuding Anies Baswedan berhianat terhadap Partai Demokrat. Akibatnya Partai Demokrat mencabut dukungannya Kepada Anies Baswedan dalam Pemilihan Presiden di 2024. Hal itu terkonfirmasi dari peryataan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, bahwa Partai Demokrat mencabut dukungan kepada Anies Baswedan di Pilpres 2024 dan keluar dari Koalisi Perubahan.
Dalam perkembangan politik di Indonesia tarik ulur dukungan, gonta dan ganti figur yang diusung adalah hal yang lumrah dan sering terjadi lakukan. Kita ingat dengan peristiwa yang dialami oleh Mahfud MD, Pemilihan Presiden tahun 2019 yang lalu. Dimana figur Mahfud MD, awalnya sudah sah dan disetujui oleh partai politik pengusung sebagai Calon Wakil Presiden dari Jokowi, dan satu hari menjelang pendaftaran mengalami perubahan dan diganti oleh Maaruf Amin. Sehingga dalam politik di Indonesia bukanlah hal yang baru, seperti yang terjadi di Partai Demokrat.
Apakah Anies Baswedan Berhianat.
Melihat perkembangan dan realitas politik dan prinsip-prinsip dalam upaya mencapai kekuasaan, khsusnya di Indonesia, apa yang dilakukan oleh Anies Baswedan dan partai pengusungnya dalam politik di Indonesia adalah hal yang sering dilakukan. Hal itu terjadi karena politik di Indonesia sifatnya dinamis tidak absolut, bergantung pada kepentingan dan kesepakatan.
Dalam perjalanan politik Anies Baswedan perlu kita melihat kebelakang sebentar, bagaimana awal mula politiknya di mulai. Pada tahun 2013 Anies Baswedan pernah berhubungan dengan Partai Demokrat yaitu ikut dalam konvensi Capres Demokrat, dan pada tahun 2014 Anies Baswedan bergabung dengan Jokowi dan sebagai juru bicara pemenangan Jokowi.
Pada tahun 2016 Anies Baswedan bergabung dengan Prabowo Subianto sehingga mendapat dukungan dari Prabowo Subianto untuk maju sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta dan terpilih. Terakhir pada tahun 2022 setelah selesai sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan bergabung bersama Surya Paloh, sehingga mendapat restu dan dukungan dari Partai Nasdem sebagai Bakal Calon Presiden di 2024.
APA PENYEBAB DASARNYA.
Dalam politik hal utama yang ingin dicapai oleh pelaku politik adalah kekuasaan. Untuk mencapai kekuasaan partai politik perlu melakukan pertimbangan-pertimbangan diantaranya kekuatan sosok figur yang di usung, dan tentu saja financial serta basis pendukung. Apa yang terjadi dengan Partai Demokrat bukanlah hal yang mengejutkan. Karena pada prinsipnya kekuasaan harus dipahami dari beberapa prespektif khususnya dengan peristiwa yang terjadi dengan Partai Demokrat.