Lihat ke Halaman Asli

Laurensia Angelyn

Penulis Awam

Pendekatan Kritik Sastra Objektif Pada Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer

Diperbarui: 26 Februari 2022   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDEKATAN KRITIK SASTRA  OBJEKTIF PADA NOVEL JEJAK LANGKAH KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka. Karya sastra digunakan tidak hanya sebagai bahan untuk dikaji tetapi juga sebagai karya yang bisa dinikmati oleh para pembaca. Karya sastra dapat dikaji dengan beberapa metode atau pendekatan yaitu secara mimetik, ekspresif, pragmatik, dan objektif. Dari beberapa jenis kajian kritik sastra tersebut, dalam penelitian kali ini digunakan kritik sastra objektif terhadap sebuah novel yang berjudul Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer.

Kritik sastra objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Diperjelas oleh Hasanudin (Abidin 2010: 75) “pendekatan objektif merupakan pendekatan yang mengutamakan penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri”. Artinya, dalam kritik sastra objektif tidak mementingkan unsur ekstrinsik seperti latar belakang penulis, ide cerita, nilai hidup, dan lain - lain. Tetapi terfokus kepada analisis karya secara objektif sesuai dengan unsur intrinsik. Unsur intrinsik yang dibahas didalamnya adalah tema, amanat, tokoh serta penokohan, alur, latar, dan gaya bahasa.  Tujuan dari analisis ini adalah memaparkan keterkaitan dari berbagai aspek secara bersama - sama untuk membentuk wacana.

Novel Jejak Langkah mengisahkan tentang seorang tokoh bernama Minke dengan latar belakang zaman kolonial Belanda. Minke digunakan oleh Pramoedya untuk menjelaskan bagaimana kehidupan seseorang bisa berubah 90 derajat dari cita - citanya demi memajukan kehidupan bangsa Indonesia dan kaum pribumi di Batavia. Di dalam novel ini diperlihatkan secara jelas evolusi Minke dari remaja hingga dewasa menjadi kritis, inspiratif, dan vokal. Minke adalah seorang pelajar Indonesia yang mengejar cita - citanya untuk bisa menjadi seorang dokter di Batavia. Dalam perjalanan studinya, banyak kesulitan yang dihadapi namun, ada hal indah pula yang ditemuinya. Yaitu seorang kekasih, Ang San Mei yang nantinya akan membantu Minke untuk membuka cara pandangnya mengenai hidup.

PEMBAHASAN

SINOPSIS NOVEL JEJAK LANGKAH KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Novel Jejak Langkah memperkenalkan seorang tokoh pribumi yang disebut bergaya Eropa dikarenakan pakaian dan gayanya yang selalu ke barat - baratan yaitu Minke. Seorang pemuda lulusan Hoogere Burger School (HBS) atau singkatnya sekolah menengah umum. Gaya dan wibawanya itu menjadi salah satu faktor mengapa ia mampu memperistri seorang gadis bunga desa. Nyai Ontosoroh, ibunda sang gadis lah yang dikemudian hari membiayai Minke untuk pergi ke ibu kota.

Setelah Annelies Mellema pergi untuk selama - lamanya, Minke pergi ke daerah orang Betawi untuk memulai perjalanan studinya di STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) atau singkatnya sekolah kedokteran khusus orang pribumi. Sayang, kehidupan asrama dengan banyaknya peraturan mengekang jiwa kebebasan seorang Minke. Dengan kehidupan jurnalistik dan organisasi, harapannya untuk menjadi seorang dokter kini pupus. Minke kembali terfokus kepada penindasan oleh kaum Eropa atau kulit putih kepada orang pribumi.

Walaupun gagal, setidaknya ia berhasil menemukan tambatan hatinya, Ang San Mei. Seorang gadis Tionghoa yang berkecimpung di bidang organisasi guna mengabdikan dirinya untuk mempersatukan kaum Tionghoa di Hindia Belanda yang pada akhirnya  ia peristri. Jiwa Minke yang sempat memadam kembali membara sehingga perjuangannya untuk melakukan revolusi di Hindia Belanda pun dimulai. Namun sayang, tak lama dari itu gadis Tionghoa yang sudah diperistri untuk kedua kalinya harus pergi dari hadapan Minke karena sakit keras. Dengan harapan sang istri, Minke mulai mengabdikan diri dengan perlahan mendirikan organisasi bagi kaum pribumi untuk memajukan kehidupan mereka. Dari, Syarikat Priyayi yang gagal lalu muncullah Syarikat Dagang Islamiyah yang kemudian berhasil besar karena bantuan koran Medan. Tetapi sekali lagi digulingkan akibat tuduhan menunggak pada bank. Pada akhirnya Minke, aset, dan ketidak beruntungannya ini diasingkan ke wilayah timur Jawa.

Tidak sepenuhnya gagal, kehadiran seorang Minke membuat pemerintahan kolonial Belanda murka karena rakyat pribumi dianggap menjadi sosok yang lebih cerdas dengan munculnya organisasi tersebut. Wajahnya dicari dimana - mana oleh Belanda karena  Jurnalistik menjadi alat perlawanannya terhadap bangsa Eropa dan ternyata membuahkan hasil. Ditengah keberhasilannya ini, sekali lagi Minke kembali memperistri wanita pribumi Princess yang menjadi istri terakhirnya. Minke menjadi gambaran seorang pahlawan dengan perjuangan luar biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline