Lihat ke Halaman Asli

Laurencia Eprina Dian

Manusia biasa yang senang belajar hal baru

Yowis Ben, Film Drama Komedi dengan Kearifan Lokal

Diperbarui: 24 November 2020   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source: Kompas.com

Ranah perfilman Indonesia mulai bergairah dengan diramaikannya para komika yang mencoba peruntungan membuat sebuah film. Ide-ide segar kembali mengalir dan banyak pembaharuan terjadi.

Tak banyak yang mengangkat bahasa daerah menjadi sebuah karya film nan apik di Indonesia. Namun Youtuber asal Malang, Bayu Skak berani berinovasi untuk menggarap film dengan dialek daerah yaitu Bahasa Jawa Timur.

Sebagai co-sutradara, Bayu menggarap filmnya yang 90% menggunakan Bahasa Jawa Timur dengan sang sutradara Fajar Nugros. Karya film ini menjadi salah satu bentuk kecintaan Bayu terhadap Bahasa Jawa. Suguhan baru film berbalut drama komedi dengan dialog "Jawa Timuran" menjadi besutan Bayu Skak untuk menarik antusiasme penonton.

Bagaimana tidak? Dialog bahasa daerah ditampilkan begitu menggelitik kadang kala dengan menebalkan sisi emosi para pemain. Penonton dibuatnya tertawa karena tingkah kocak sejumlah tokoh. Agar penonton bisa memahami ucapan tokoh dan bahasa lokal Jawa Timur, pihak produser film juga mencantumkan terjemahannya.

source: Pegipegi.com

Komodifikasi Mosco

Pada kesempatan ini saya akan mengupas film Yowis Ben (2018) dengan menggunakan konsep komodifikasi dari Vincent Mosco.

Komodifikasi menurut Mosco dalam (Syafuddin dan Andreas, 2018, h. 247) merupakan proses transformasi nilai guna menjadi nilai tukar. Komodifikasi sering kali dilakukan oleh para kapitalis untuk mencari keuntungan lebih dengan memanfaatkan produk mereka.

Dalam konsep ini, komunikasi merupakan arena potensial sebagai tempat terjadinya komodifikasi. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan komoditas yang berpengaruh. Bukan hanya dalam hal peningkatan nilai atau value saja, tetapi juga karena pesan yang disampaikan mengandung simbol dan ideologi yang bisa dimanfaatkan untuk mempertajam kesadaran penerima pesan.

Lokasi shooting yang dipilih tim produksi film pun rasa-rasanya sangat pas. Menyorot tempat-tempat wisata di Kota Malang seperti Kampung Warna-warni Jodipan, Kampung Tridi, Alun-Alun Merdeka Malang, dan Museum Angkut yang ternyata mampu mendongkrak wisata tanah air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline