Artikel ini saya tulis berdasarkan pengamatan disekitar saya tentang betapa amburadulnya sebagian besar keluarga Indonesia dan justru menengah kebawah dalam mengelola keuangan keluarganya.
Berikut akan saya berikan contoh tentang beberapa kasus yg benar2 parah. Ada seorg ART yg tinggal di sekitar lingkungan perumahan saya dan kebetulan adalah teman ART saya. ART tersebut bekerja dgn gaji cuma 800 ribu rupiah. Barusan dapat THR dari majikan senilai Rp. 800 ribu juga. Apa yg kira2 dia lakukan dgn uang senilai itu? Dengan bangga dia berkata pada ART saya klo duit segitu bakal dipakai utk DP motor. Lha..buat nyicil gimana? Gaji cuma 800 ribu dgn dua anak yg masih sekolah dan satu suami yg gak berguna krn tidak mau bekerja (tidak mau lho ya bukan sakit atau tidak bisa). Sampai kemarin sih tuh motor ga dateng-dateng, mungkin persetujuan kreditnya ga disetujui. Suaminya marah2 ke istri krn merasa malu, maklum si Istri sudah gembar gembor kemana-mana klo mau nyicil motor baru.
Kejadian kedua dari supir perusahaan di tempat saya bekerja. Dgn THRnya dia bermaksud membelikan HP utk anaknya, harus SAMSUNG GALAXY yg harganya berdasar jenis permintaan anaknya senilai 1, 6 jutaan. Lha apa yg tersisa dr THR yg cuma sekitar UMR? Padahal bulan Juli ini butuh uang besar utk masuk sekolah bukan? Belum lagi utk lebaran. Yg lebih miris lagi saya tahu betul supir itu masih harus nyicil motor. Semuanya lagi-lagi demi gengsi. Kalau-kalau harga dirinya terdongkrak naik krn memiliki barang-barang mewah.
Belum lagi hobi para buruh di perusahaan kami yang entah kenapa selalu kehabisan uang dan terjerat hutang lintah darat atau bank keliling yg saya hitung2 bunganya sampai 50% lebih. Saya amati utk MAKAN dan PENDIDIKAN anaknya sebenarnya gaji mereka sangat cukup. Lha kenapa kok masih ngutang?Ternyata lagi2 jawabanya adalah di GENGSI. Buruh2 itu seperti berlomba untuk memiliki motor2 terbaru. Ga tanggung-tanggung, motornya dipilih yg mahal2. Alhasil motor seperti VIXION atau Honda CBR berderet di parkiran motor buruh. Yee..kan ga mungkin UMR dihitung memperhitungkan CICILAN motor mereka? jgn2 kalau diperhitungkan dan ditambah ke gaji merekapun, masih ga cukup krn mereka masih nambah cicilan lain2.
Menurut saya lucu aja GENGSI2an padahal sama2 ekonomi lemah.
Karena itu saya mikir, pendidikan keuangan sungguh sangat penting diberikan disekolah2 sejak anak duduk di bangku SD, jadi kalau gede ga nurutin pendidikan Keuangan dari bapak ibunya yg cuma main gengsi. Itu demi masyarakat yg lebih makmur lho. Sama pentingnya dgn ilmu agama untuk aklak dan sejarah untuk Nasionalisme. Bukankah tujuan akhir pendidikan adalah membangun masyarakat yg lebih baik, lebih makmur? Dengan demikian suatu saat tidak ada lagi masyarakat demi GENGSI yg ada di negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H