Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Ubah Minyak Jelantah Jadi Lilin Aromaterapi Di Desa Begaganlimo

Diperbarui: 19 Januari 2025   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mojokerto - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya mengembangkan inovasi pengolahan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi di Desa Begaganlimo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Program bertajuk "Jelantah Berkah" ini bertujuan mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus menciptakan peluang usaha baru bagi masyarakat.

Program bertajuk "Jelantah Berkah" ini menjadi solusi nyata terhadap permasalahan limbah minyak goreng yang selama ini kurang mendapat perhatian masyarakat. Ketua Kelompok, Yessa Firdasari, menjelaskan bahwa tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya pembuangan minyak jelantah secara sembarangan sekaligus memberikan pelatihan dalam mengolahnya menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. "Kami ingin menciptakan perubahan, baik dari sisi lingkungan maupun perekonomian masyarakat. Lilin aromaterapi ini adalah langkah kecil yang memiliki potensi besar," ungkap Yessa.

Desa Begaganlimo dipilih sebagai lokasi program karena tingginya potensi limbah minyak jelantah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan pelaku UMKM lokal, seperti Pak Karji, seorang penjual keripik gadung. Berdasarkan survei awal, sebagian besar masyarakat desa belum memiliki kesadaran akan dampak negatif dari pembuangan minyak jelantah secara sembarangan, seperti pencemaran air dan tanah. Hal ini menjadi tantangan utama bagi mahasiswa KKN untuk mengedukasi warga.

Melalui program ini, mahasiswa KKN memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM setempat, salah satunya Pak Karji selaku penjual keripik gadung di Dusun Troliman. Pelatihan meliputi proses penyaringan minyak jelantah menggunakan arang, pencampuran dengan stearin, hingga penambahan pewarna dan essential oil untuk menghasilkan lilin aromaterapi berkualitas.

"Selama ini minyak bekas penggorengan hanya menjadi limbah. Dengan adanya pelatihan ini, kami jadi tahu cara mengolahnya menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual," kata Pak Karji.

Selain pelatihan produksi, mahasiswa KKN juga memberikan edukasi tentang strategi pemasaran produk. Program yang berlangsung pada 12-23 Januari 2025 ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis pengolahan limbah di Desa Begaganlimo.

Proses pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah dimulai dengan tahap penyaringan menggunakan arang untuk menjernihkan minyak. Selanjutnya, minyak yang sudah bersih dicampur dengan stearin dengan perbandingan 1:1. Untuk memberikan nilai estetika dan aromaterapi, ditambahkan pewarna serta essential oil pilihan. Laura Tria A, salah satu anggota tim menjelaskan, "Kami menggunakan bahan-bahan berkualitas seperti stearin, essential oil, dan pewarna khusus lilin untuk memastikan produk yang dihasilkan aman dan nyaman digunakan. Satu produk lilin aromaterapi bisa dijual dengan harga yang cukup menjanjikan."

Proses pembuatan lilin

Selain pelatihan produksi, mahasiswa KKN juga memberikan edukasi tentang strategi pemasaran produk dan pengemasan yang menarik. "Kami tidak hanya mengajarkan cara pembuatan, tapi juga bagaimana mengemas dan memasarkan produk agar bisa bersaing di pasaran. Media sosial bisa menjadi sarana promosi yang efektif," tambah Arninta Beatris P, anggota tim lainnya.

Total biaya produksi yang terjangkau, sekitar Rp 182.000 untuk beberapa unit lilin, menjadikan usaha ini sangat potensial untuk dikembangkan oleh UMKM. Bahan-bahan seperti stearin, essential oil, sumbu lilin, dan wadah dapat dengan mudah diperoleh di pasaran.

Ke depannya, tim KKN UNTAG berharap inovasi ini bisa diadopsi oleh lebih banyak pelaku UMKM di Desa Begaganlimo. "Kami juga menyiapkan buku panduan dan poster sebagai media edukasi agar masyarakat bisa terus mengembangkan usaha ini secara mandiri," tutup Yessa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline