Lihat ke Halaman Asli

What is Design Thinking?

Diperbarui: 31 Maret 2021   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Design thinking adalah pencarian keseimbangan magis antara bisnis dan seni, struktur dan kekacauan, intuisi dan logika, konsep dan eksekusi, main-main dan formalitas dan kontrol dan pemberdayaan. Berbeda dengan design thinking, menurut Edward de Bono (1967) menggambarkan intipati pemikiran lateral sebagai 'kita tidak dapat menggali lubang-lubang baru di tempat-tempat yang lain kalau kita asyik menggali lubang supaya lebih dalam lagi'.Ini bermaksud berfikir dan bekerja dengan lebih keras dengan menggunakan idea dan cara lama,belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi tetapi penyelesaian mungkin dijumpai dengan menggunakan idea dan cara baru. Fokus pemikiran lateral adalah untuk membolehkan otak maju ke depan daripada satu konsep kepada satu konsep yang lain dan daripada satu idea kepada idea lain. Ada 5 tahapan dalam design thinking:

  • Empathize
    Empati adalah cara menempatkan diri dalam pikiran khalayak dan memahaminya untuk membantu desainer untuk membuat produk secara akurat dan mengatasi permasalahan mereka. Disebut juga sebagai fondasi awal dari proses design thinking.
  • Define
    Informasi yang telah dikumpulkan pada fase empathize kemudian dianalisa untuk menentukan akar masalah dari khalayak yang ditargetkan. Desainer dan timnya akan menentukan elemen dari produk yang akan digunakan untuk meningkatkan efektivitasnya.
  • Ideate
    Pada fase ketiga ini, desainer telah memulai untuk menggagas dan membangun ide. Desainer telah mengerti apa yang diinginkan oleh khalayak dan menjadikannya landasan untuk mulai mendesain. Akar masalah yang telah secara mutlak ditetapkan memungkinkan desainer dan timnya untuk berpikir dengan leluasa dan bereksperimen.
  • Prototype
    Desain versi produk yang lebih murah dan sederhana dihasilkan pada fase ini. Prototype produk berguna untuk mengetahui bagaimana konsumen merespon produk, menemukan solusi baru untuk menyelesaikan masalah dan apakah metode penyelesaian masalah yang digunakan telah berhasil.
  • Test
    Fase ini merupakan fase terakhir yang tidak harus dilakukan secara linear tetapi tujuan jelasnya dari sebuah desain adalah untuk membantuk memebrikan arahan dalam bekerja.

Sebagai contoh dampak dari design thinking yang diterapkan dalam bidang industri, tantangan, dan sektor bisnis, yaitu:

  • Eat Uber
    Dalam artikel "How We Design on the UberEATS Team" oleh mantan desainer di tim UberEATS menjelaskan bagaimana mereka mendekati layanan pengiriman makanan mereka dengan pola pikir pemikiran desain. Salah satu kesimpulan utama dari artikel ini adalah betapa empati sangat penting dalam praktik mereka: "Untuk memahami semua pasar kami yang berbeda dan bagaimana produk kami sesuai dengan kondisi fisik setiap kota, kami terus-menerus membenamkan diri di tempat pelanggan kami tinggal, bekerja , dan makan. Duduk di kantor kami di San Francisco atau New York, kami tidak dapat benar-benar memahami pengalaman seseorang di jalanan Bangkok atau London."
  • Rumah Sakit Stanford
    Pemikiran desain bahkan telah menemukan jalannya ke dunia kedokteran dan dipandang oleh banyak orang sebagai hal mendasar bagi masa depan kebugaran. Artikel "Design Thinking as a way to improve patient experience" menggambarkan bagaimana desain pemikiran yang digunakan dalam kursus dua hari oleh Hasso Plattner Institute of Design di Stanford untuk mengeksplorasi cara untuk meningkatkan pengalaman pasien di ruang gawat darurat. Selain itu, artikel tersebut menjelaskan bagaimana administrator Stanford telah menggunakan pemikiran desain untuk membayangkan pengalaman baru lainnya untuk rumah sakit: "Staf SHC menggunakan pemikiran desain untuk menyelesaikan rencana untuk mendesain ulang dua unit perawatan di rumah sakit saat ini untuk melayani hanya pasien dengan kanker."
  • Pusat Regional Golden Gate
    Artikel Harvard Business Review "Layanan yang Lebih Baik, Lebih Cepat: Studi Kasus Design Thinking " menjelaskan bagaimana pemikiran desain digunakan oleh Golden Gate Regional Center (GGRC) , sebuah organisasi yang memberikan layanan dan dukungan keuangan kepada orang-orang dengan disabilitas perkembangan di San Francisco Area Teluk. GGRC bekerja dengan mahasiswa desain dari Stanford untuk memikirkan kembali proses penilaian mereka yang panjang, yang seringkali memakan waktu berbulan-bulan. Salah satu hasil dari proyek ini adalah perubahan budaya di dalam GGRC menuju pemikiran desain: "GGRC sekarang sedang bertukar pikiran tentang ide-ide perbaikan dan mencari cara untuk membuat prototipe mereka secara teratur."

Sesuai dengan penjelasan diatas, maka saya menyimpulkan bahwa design thinking berbeda dengan pemikiran lateral. Design thinking memiliki kekompleksan yang lebih tinggi dibandingkan pemikiran lateral serta keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan design thingking sangatlah banyak dan juga akan memberikan suatu hal yang sangatlah membantu bagi perusahaan atau pun organisasi lainnya.

Referensi:

Ids Education

Wikipedia

Voltage Control

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline