Lihat ke Halaman Asli

Laura Jane Lilipaly

Undergraduate of International Relations

Relevankah Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Bangsa Indonesia di Era Digital?

Diperbarui: 14 September 2024   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan IPTEK yang semakin maju membuka berbagai macam kesempatan di Indonesia. Era globalisasi memudahkan kita untuk berinteraksi dengan keberagaman budaya di seluruh dunia dengan sekejap, sehingga terjadinya pertukaran budaya. Hal ini juga berarti bahwa budaya barat dapat masuk ke dalam peradaban Indonesia, dan dapat dibuktikan dengan perbedaan “sumber hiburan” dari generasi milenial dan generasi Z. Namun, diketahui bahwa banyak dari budaya barat yang datang ke Indonesia justru bertentangan dengan fondasi dan ideologi bangsa kita, Pancasila. Beberapa contoh yang dimaksud ialah komunisme, LGBTQ, sifat individualisme, dan sebagainya. Hal ini justru memunculkan pertanyaan baru dikalangan masyarakat Indonesia mengenai relevansinya dasar negara dan ideologi bangsa kita yang sudah ditetapkan sejak awal kemerdekaan. Apakah pancasila masih relevan sebagai ideologi negara dan bangsa Indonesia?

Dikutip dari Kompas.com, pancasila terdiri dari 2 kata, yaitu panca dan syila, dimana panca berarti lima dan syila berarti dasar atau peraturan tingkah laku yang baik. Menurut Ir. Soekarno, pancasila adalah isi dari dalam jiwa bangsa Indonesia yang secara turun temurun telah terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Moh Yamin juga berkata bahwa pancasila adalah lima dasar yang berisi pedoman atau aturan mengenai tingkah laku yang penting dan baik. Pancasila sebagai dasar negara telah ditetapkan sejak 18 Agustus 1945 dan sejak saat itu menjadi pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sendiri terdiri atas 5 sila, dan mengandung 5 nilai-nilai mendasar yang diterima warga sebagai dalil yang mutlak. Sila pertama mengandung nilai Ketuhanan, sila kedua mengandung nilai Kemanusiaan, sila ketiga mengandung nilai Persatuan, nilai keempat mengandung Musyawarah Mufakat, dan sila kelima mengandung Keadilan.

Dari nilai-nilai pancasila yang terkandung di atas, dapat dikatakan bahwa pancasila sebagai dasar juga ideologi negara masih relevan dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, karena mengandung nilai-nilai moral yang tinggi, dan membangun. Namun, relevansi ini juga bergantung terhadap seberapa kuatnya implementasi pancasila di lingkungan sekitar dan pengaruh external, seperti paham-paham negara lain yang bertolak belakang dengan pancasila.

Kedatangan budaya barat melalui teknologi membuat kedudukannya sebagai filosofi dan ideologi negara terancam, sebab generasi mendatang menghabiskan hampir seluruh masa kecilnya dikelilingi oleh gadget beserta perangkat elektronik lainnya sehingga mereka lebih banyak terpapar oleh kebudayaan dan paham-paham dari budaya Barat. Tidak hanya itu, masih banyak masyarakat Indonesia yang masih apatis mengenai kedudukan pancasila sebagai dasar negara, dan ada juga sebagian masyarakat yang awalnya pro pancasila namun berubah menjadi kontra-pancasila.

Dari hasil survey yang telah dilakukan oleh LSI Denny JA pada tahun 2018, persentase warga pro-pancasila telah menurun. Pada tahun 2005, persentase publik pro-pancasila mencapai 85,2 persen, selanjutnya pada tahun 2010 menjadi 81,7 persen, dan pada tahun 2015 menurun lagi menjadi 79,4 persen sehingga akhirnya pada tahun 2018, tersisa sekitar 75,3 persen. Hasil dari survei tersebut menandakan bahwa pancasila sampai sekarang masih relevan di kalangan masyarakat namun dibutuhkan pembelajaran dan pendalaman materi mengenai pancasila yang lebih intensif untuk terus menjadi ideologi dan dasar negara Indonesia.

Penurunan pro-pancasila mungkin masih sedikit, namun dengan keadaan yang terus turun perlahan akan mempengaruhi kedudukan pancasila sebagai fondasi negara. Oleh karena itu, penerapan pancasila dan pendidikan pancasila harus diimplementasikan lebih kuat lagi demi menjaga relevansinya di era globalisasi ini. 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline