Lihat ke Halaman Asli

"Telat"

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Empat pria berbadan tegap sedang memainkan instrument musik cadas. Tapi hanya intronya saja mereka membuat musik yang cadas selanjutnya mereka memainkan lagu dangdut yang berjudul “Jablai”. Dan setelah dicermati, dibalik style dan badan mereka yang jantan ternyata mereka adalah sekumpulan waria.

Selesai bermain band mereka pulang kerumah masing-masing. Salah satunya Yanto yang biasa dipanggil Evi. Ia bergegas pulang kerumah dengan berjalan kaki. Namun tanpa disangka dalam perjalanan pulang ia mendapatkan masalah besar. Adiknya yang bernama Jon yang juga seorang gay namun bukan seorang waria, sedang berlari mengejar Andre, pacarnya. Jon cemburu pada Andre karena menggoda pria lain. Karena rasa cemburunya sangat besar Jon memukuli Andre lalu Jon menusuk perut Andre dengan sebilah pisau. Evi sangat kaget melihat kejadian itu. Jon melarikan diri namun Evi berusaha menyadarkan Andre, Andre pun tewas ditempat. Evi minta pertolongan pada warga, warga sekitar pun berdatangan. Namun bukannya pertolongan yang ia dapatkan tetapi malah hinaan dan fitnahan yang ia dapatkan.

Warga tidak percaya kalau Evi bukanlah pembunuhnya. Warga pun menggiring Evi kekantor polisi. Sampai dikantor polisi Evi dibawa keruangan yang gelap dan polisi-polisi itu mengintrogasi Evi. Polisi menanyakan tentang pembunuhan itu, Evi menyangkal kalau dia bukanlah pembunuhnya tapi Evi juga berusaha melindungi Jon (adiknya). Namun polisi menggretak memaksa Evi mengakui perbuatan yang tidak ia lakukan. Dengan terpaksa Evi mengaku pada polisi itu bahwa ia lah yang membunuhnya demi adik tercinta. Evi dimasukkan kedalam sel tahanan. Ia menunggu Jon untuk mengakui perbuatannya dan membebaskannya. Evi berharap Jon menyerahkan diri.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Sudah berkali-kali Evi menjalani persidangan. Namun Jon masih mengurung diri dirumahnya. Jon bingung dan takut tapi sesekali ia memandang LP dari kejauhan. Evi telah divonis hukuman mati, dalam hitungan hari ia akan pergi dari dunia ini.

Hari itu pun datang, hari dimana Evi dihukum mati. Jon masih saja bingung apa yang harus ia lakukan. Jon ingin sekali menyerahkan diri dan membebaskan Evi namun ia belum mempunyai keberanian untuk melakukannya. Evi dibawa keruang eksekusi. Para penembak jitu dari kepolisian sedang bersiap-siap untuk melaksanakan tugasnya. Evi telah pasrah oleh takdirnya. Dalam hitungan detik ia akan meninggalkan dunia ini..... 5, 4, 3, 2, 1..... Doooooorrrr, terdengar suara tembakan dari dalam ruangan itu.

Di lain sisi Jon masih saja kebingungan, ia terus bolak balik sambil mengisap sebatang rokok didalam kamarnya. Ia terdiam sejenak, Tanpa pikir panjang ia mengambil jaket yang ia gantung dibelakang pintu kamarnya dan bergegas ke LP. Sampai di lP ia melihat seorang penjaga LP yang sedang berjaga-jaga. Lalu Jon menghampiri penjaga itu dan berkata bahwa ia ingin bertemu dengan Evi. Penjaga itu menunjuk pada sebuah keramaian. Ia menunjuk ke dua orang yang menggotong seorang mayat yang dikawal oleh beberapa polisi. Jon terdiam sejenak, ia sangat terkejut. Ia berteriak lalu menghampiri Evi yang telah meninggal dunia. Niat baik Jon sangat tarlambat. Jon sangat shock dan menyesal. Jon mengucap penyesalan dan permohonan maafnya pada Evi sambil menangis. Akhirnya Jon menyerahkan diri pada polisi dan dalam beberapa minggu ia menyusul Evi di alam yang kekal.

JANGAN PERNAH MENUNDA SUATU NIAT BAIK SEBELUM SEMUANYA TERLAMBAT

By: Laura Iyos Armstrong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline