[caption caption="Dokpri"][/caption]
Puji syukur kepada Allah! Siapa menyangka, Mbak Laura yang sering dijuluki ‘si mbak-mbak kenthir’ di Kompasiana ini tiba-tiba terpilih mewakili perempuan Indonesia guna mengikuti lokakarya Global Women In Management (GWIM) ke-64 yang diselenggarakan di Hotel Fairmont Jakarta, 18 April hingga 13 Mei 2016. Thanks, God.
Saya beruntung masuk ke dalam 6 peserta mewakili Indonesia. Sedangngkan 20 peserta lainnya berasal dari New Zealand, Thailand, Vietnam, Singapura, Papua New Guenea, dan Philiipina.
[caption caption="Dokpri"]
[/caption]
GWIM adalah bagian dari prakarsa Women’s Economic Opportunity Initiative (WEOI) yang diluncurkan ExxonMobil Foundation sejak tahun 2005. Program lokakarya dan pelatihan ini memfokuskan untuk meningkatkan keterampilan organisasi dan kewirausahaan para pemuka perempuan di berbagai belahan dunia, Indonesia adalah salah satunya. Dan hingga kini, 349 pemuka perempuan dari 59 negara telah berpartisipasi dalam program GWIM.
Program pelatihan empat minggu ini memang dirancang secara spesifik untuk mempersiapkan para pemuka perempuan agar lebih profesional dan memiliki akuntabilitas tinggi dalam mengelola program keterampilan perempuan, baik secara kualitas pribadi maupun secara kelembagaan. Lokakarya juga bertujuan mendukung semua keterampilan itu dari segi penyusunan dan pelaksanaan program, pengelolaan keuangan, pengembangan kepemimpinan, controlling, dan advokasi.
[caption caption="Jennifer Albee, Senior Program Manager Plan Internationl USA (Dokpri)"]
[/caption]
[caption caption="Dokpri"]
[/caption]
[caption caption="Dokpri"]
[/caption]Syarat untuk dapat terpilih menjadi peserta GWIM adalah: minimal telah 8 tahun memiliki pengalaman dalam program pembangunan. 3 hingga 5 tahun aktif bekerja di lembaga pemberdayaan ekonomi perempuan (misalnya: kewirausahaan, kredit mikro, peningkatan pendapatan, koperasi, jaringan perempuan bisnis, dan sebagainya). Dan sampai dengan sekarang aktif bekerja menjadi relawan dalam sebuah organisasi kemasyarakatan dalam bidang pemberdayaan ekonomi perempuan.
Disamping persyaratan lainnya, seperti: memiliki komitmen penuh dan bersedia untuk berpartisipasi mengikuti seluruh lokakarya selama 4 minggu, dan mahir berbahasa Inggris (berpartisipasi aktif dalam diskusi dan presentasi).
Saya sendiri mulai berkenalan dan jatuh hati dengan dunia UKM perempuan semenjak Saya menjabat sebagai public relation di sebuah BUMN di kota Saya, Cilegon, sekitar tahun 2002. Dan ketika Saya harus dihadapkan pada sebuah pilihan, Saya memilih aktif di pemberdayaan ekonomi perempuan dengan bergabung di dalam Trading House Cilegon Mandiri (2004). Sebuah program pemberdayaan UKM yang diprakarsai oleh Pemkot Cilegon.