Lihat ke Halaman Asli

Pengalamanku Mendapatkan Keajaiban dari Menulis

Diperbarui: 28 Maret 2016   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Alfred Hitchcock (lee-howard-art.deviant..com)"][/caption]

Profesor Pebrianov di artikelnya http://www.kompasiana.com/pebrianov/keajaiban-menulis-artikel-masa-kini_56f808c1a5afbd2e09a36e8f berfatwa: “Dunia ada dalam genggaman Anda. Itu bukan sekedar moto iklan, tapi sudah menjadi realitas nyata. Cakeeep....!

Kemudian si Profesor melanjutkan: “Bermula menyimak dunia, maka pemikiran-pemikiran dalam diri akan muncul "Kenapa? Siapa? Bagaimana? Dimana? Mengapa?" Tanpa disadari anda akan mencari tahu dengan rentetan link-nya untuk memenuhi rasa haus informasi tadi. Jangan remehkan, semua itu adalah 'bahan dasar’ anda menulis!”

 Dan yang terakhir ini saya nulisnya sembari merem. Abis ungkapannya itu lho.... Planet Kenthir bangeet. “Biarkan pikiran anda bersenggama dengan setiap kalimat yang tertulis. Biarkan kenikmatan menjalari pikiran dan detak jemari Anda pada keyboard. Anda akan rasakan 'trance yang luar biasa'. Jangan berhenti sampai anda klimaks.”

Setuju banget deh dengan fatwa-fatwanya si Profesor ini. Tapi yang akan saya tulis disini bukan tentang dunia yang ada dalam genggaman, melainkan bagaimana keajaiban menulis dapat membalik keadaan. Merubah penderitaan menjadi anugerah.

Saya pernah baca kisah tentang seorang anak yang mengidap schizophrenia (Maaf, saya lupa judul bukunya). Si anak dihantui oleh bayangan menakutkan tentang berbagai kejadian yang tidak nyata. Oleh psikiaternya ia disuruh menuliskan semua ketakutannya itu. Dan sebagaimana teori si Profesor, si anak membiarkan kenikmatan menjalari pikiran dan detak jemarinya merasakan 'trance yang luar biasa' tak berhenti sampai klimaks.

Memang tak diceritakan apakah anak tersebut sembuh dari schizophrenia-nya. Tapi kelak dunia mengenal nama anak itu sebagai Sir Alfred Hitchcock, penulis cerita misteri top dunia yang digelari The Master of Suspense.

Diperlakukan secara kejam oleh ayahnya, seorang anak yang menderita dan kesepian menciptakan teman-teman hewan khayalannya menggunakan pena dan kertas. Dia menulis dan menggambar semua hewan khayalnya itu dapat bercakap-cakap layaknya manusia. Dan di kemudian hari orang mengenal dia dengan nama Walt Disney. 

Saya bukan penulis. Nulis di Kompasiana juga lebih banyak ber-hahahihi-nya ketimbang nulis yang berat-berat menggunakan logika ilmiah. Itu mungkin sebabnya admin pelit jarang kasih HL di tulisan saya. Admin K ini kan menurut Mas Felix Tani benci banget dengan humor. Cepet tua lho, Min.

Terdorong nafsu (Ups!) gara-gara baca tulisan si Profesor itu, saya ingin berbagi pengalaman tentang keajaiban menulis. Mudah-mudahan enak dibaca. Kalau gak enak, kasiin kucing aja... Hehe

Saya sebenarnya terlahir gak pedean. Sewaktu sekolah dan semasa kuliah dulu kalau disuruh berbicara di depan publik, wow, bencana terbesar dalam hidup saya. Pendekya kalau disuruh milih antara harus berbicara di depan publik atau disuruh milih uangnya aja, saya pasti akan milih uangnya aja...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline