Lihat ke Halaman Asli

Undangan Makan di Istana; 'Jebakan' Dalam Rasa Lapar yang Asing

Diperbarui: 13 Desember 2015   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Image: waroengofwpap.com"][/caption] 

Kita berdua saja, duduk.
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput,
kau entah memesan apa.
Aku memesan batu ditengah sungai terjal yang deras,

kau entah memesan apa.
Tapi kita berdua saja, duduk.
Aku memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya,

memesan rasa lapar yang asing itu.

Kata dalam puisi adalah pengembaraan imajinasi bagi para pembacanya. Meskipun si penulis puisi punya maksud tertentu, pada akhirnya bukan ia yang menentukan makna puisinya itu, tapi pembacanya. Maka, puisi Sapardi Djoko Damono berjudul Di Restoran di atas bisa punya makna sendiri bagi yang membacanya.

Entah mengapa, membaca puisi tersebut, angan saya sesat mengembara pada redupnya suasana jamuan makan nun jauh di sana, di istana kepresidenan. Tercium semerbak aroma kecanggungan. Kecanggungan bukan karena sungkan untuk bicara, akan tetapi memang sudah tak ada lagi bahan untuk dibicarakan.

Kata dalam puisi itu adalah ekspresi monolog dari kondisi “Aku” 100 kompasianer, dan “Kau” Mr President. Menekankan pada “Aku memesan...” dengan pesanan yang tak lazim: ilalang panjang, bunga rumput, batu di tengah sungai terjal yang deras, rasa sakit, rasa lapar yang asing.

Bagi Presiden Jokowi, tanpa puja puji yang memabukan dari lovers-nya pun toh kenyataannya ia telah menjadi Presiden RI sekarang. Dan, akankah presiden mengubah kebijakannya dalam mengurus 250 juta rakyat hanya karena seorang hater menyampaikan ketidaksukaannya dalam jamuan makan tersebut?

Yang ada di sajian meja makan hanyalah jarak, he is a president now. Jarak yang akan melahap habis kata-kata. Tak ada lagi cerita layaknya seperti yang sering diperdengarkan di meja makan. Yang ada hanyalah kekakuan dan rasa lapar yang asing bernama ‘kepentingan’ di masing-masing perut yang hadir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline