Lihat ke Halaman Asli

Menyikapi Hasil Quick Count

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari beberapa Quick Count terlihat bahwa sudah ada kandidat yang unggul. Pada dasarnya Quick Count itu menghitung beberapa TPS untuk memprediksi seluruh hasil pemilu. Fungsi Quick Count (QC) untuk memprediksi hasil keseluruhan bisa berarti untuk mengetahui secara lebih cepat walaupun dalam artian lain adalah mempengaruhi yang belum memilih.

Akurasi QC biasanya memang cukup tinggi sehingga hasil pemilu tidak akan jauh dari QC. Namun demikian saya melihat kurang bijak jika dengan hasil yang ada kita sudah memastikan bahwa pemenangnya adalah salah satu kandidat yang menang dalam QC. Saya lebih setuju dengan pendapat KPU yang menyatakan bahwa kita tunggu hasil real dari perhitungan KPU yang berjenjang dari TPS, PPS, KPUD, KPUD (prop), KPU pusat.

Mengapa berpedoman kepada QC cukup riskan ? karena dalam QC biasanya hanya diambil 2000 TPS. Tentu saja pengambilan TPS mana yang akan dijadikan wakil bagi 250 kali lipat dari yang mewakili, itu ada unsur subyektifitas lembaga survey. Disini peran lembaga survey hanya memprediksi hasil yang pilihannya adalah dari rakyat.

Dari sini sangat bisa dipahami bahwa menunggu KPU adalah merupakan tindakan yang bijak . Karena menunggu hasil KPU berarti menungggu hasil pilihan rakyat yang sesungguhnya. Sedangkan hasil lembaga survey itu terbatas kepada subyektifitas masing-masing lembaga.

Sikap salah satu capres yang dimenangkan oleh QC dan memberi sambutan bahwa sekarang tinggal mengawal atau lebih gahar lagi adalah sambutan cawapres yang mengatakan sekarang sudah selesai, seakan2 suara rakyat yang sesungguhnya tidak diperlukan lagi karena toh lembaga survey sudah menghitungkan untuk rakyat. Satu sikap terlalu percaya diri !

Yang paling ditakutkan sebenarnya adalah jika sampel yang kurang 1% itu tidak tepat (atau lembaga survey sengaja memilih yang memenangkan pasangan calon tertentu) maka ketika dihitung pada hitungan sebenarnya dan ternyata pasangan yang tidak diunggulkan pada QC yang menang. Karena yang kurang 1% itu bisa jadi tidak mencerminkan yang sebenarnya.Semoga saja pasangan yang dikalahkan oleh QC tidak kecewa dan yang dimenangkan oleh QC juga tidak buru-buru merasa menang. Saatnya suara rakyat yang sebenarnya dikawal dan jangan sampai suara rakyat sebenarnya dimanipulasi dan disesuaikan dengan Quick Count.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline