Lihat ke Halaman Asli

Presiden Indonesia yang Terlupakan

Diperbarui: 30 April 2018   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

zoneknowledge.com

Anak-anak sekolah kita sekarang selalu diajarkan bahwa presiden Republik Indonesia (RI) yang pertama yaitu Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan sekarang ini Joko Widodo.

Sehingga, jumlah presiden kita Republik Indonesia hingga kini ada tujuh. Namun, kalau kita jujur dan cermat, ternyata itu keliru. Indonesia, menurut catatan sejarah, hingga saat ini sebenarnya sudah dipimpin oleh sembilan presiden. Lho, kok bisa? Lalu siapa dua orang lagi yang pernah memimpin Indonesia?

Selama ini kita selalu menganggap bahwa Indonesia memiliki 7 presiden yang menjabat sejak 17 Agustus 1945 hingga sekarang. Hanya sedikit sekali orang yang tau bahwa sebenarnya Indonesia memiliki 9 presiden. Dua nama lain mungkin tidak tercatat dalam buku sekolah Anda dan terlupakan begitu saja. 

Jika selama ini kita hanya mendengar nama Ir. Soekarno, Soeharto, B. J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ir. Joko Widodo, ada dua nama yang kita lewatkan. 2 nama itulah yang selama ini tidak pernah menjadi bahan pembicaraan di negeri ini. Padahal 2 nama itu sangat penting perannya dalam NKRI. Mereka adalah Syafruddin Prawiranegara dan Assat. Berikut ulasan tentang dua presiden yang terlupakan tersebut.

  • Syafruddin Prawiranegara.

Syafruddin Prawiranegara pernah menjabat sebagai presiden dari PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). Masa jabatannya di mulai pada tanggal 22 Desember 1948 ketika pemerintah RI di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Ketika itu Agresi Militer Belanda II sedang berlangsung. Belanda pun berhasil menangkap presiden Indonesia saat itu, Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta.

Syafruddin  Prawiranegara ketika ditahan, Soekarno mengirimkan pesan rahasia lewat telegram kepada Syafruddin. Isi dari pesan itu adalah perintah untuk Syafruddin  (yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran). Menteri yang menangani bidang kemakmuran rakyat untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatera. Atas perintah itulah dibentuk PDRI dan Syafruddin ditunjuk sebagai presidennya. 

Tidak lama itu setelah penunjukkan Syafruddin, Ir. Soekarno dan dan Moh. Hatta dibebaskan. Akan tetapi singkat kepemimpinannya membawa dampak positif bagi pemerintahan Indonesia di tangan Syafruddin. Diantaranya membawa pemerintahan untuk mempertahankan Sumatera dari penjajahan Belanda.

  • Assat

Assat adalah orang yang pernah menjabat sebagai presiden ketika Indonesia masih menjadi bagian dari RIS (Republik Indonesia Serikat) pada Desember 1949. Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia kepada tangan Republik Indonesia Serikat. Hal tersebut membuat Soekarno dan Hatta harus menjabat sebagai presiden dan wakil presiden di RIS. Sementara pemerintahan di Republik Indonesia kosong. 

Lalu Soekarno memerintahkan Assat untuk menjadi presiden RI. Pada masa jabatannya sebagai presiden sementara di RI, Assat berperan penting sebagai pendiri dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan kampus pertama yang dibangun oleh negara RI. Assat dikenal sebagai cendekiawan yang cerdas dan membuat Presiden Soekarno mempercayakan kepemimpinan padanya. 

Namun, masa kepemimpinan Assat hanya bertahan kurang dari satu tahun. setelah sukses dengan pendirian UGM, UGM pun berkembang pesat. Kala itu.. Assat akhirnya kembali menyerahkan tampuk kepemimpinan itu kepada Ir. Soekarno dan Assat kembali ke jabatan semula.

Apakah kedua presiden sementara itu akan terus dilupakan dan tidak perlu diajarkan kepada anak-anak didik generasi sekarang? Entahlah!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline