Lihat ke Halaman Asli

Claudia Mel Kurniawan

Mahasiswi Prodi Administrasi Rumah Sakit Universitas Singaperbangsa Karawang

Mengelola Tenaga Kerja Multigenerasi di Rumah Sakit Pada Era Bonus Demografi

Diperbarui: 10 November 2024   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Claudia Mel Kurniawan (Mahasiswa Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit Universitas Singaperbangsa Karawang)

Indonesia saat ini sedang menghadapi Bonus Demografi, yakni suatu kondisi di mana populasi usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan usia non produktif. Periode puncak Bonus Demografi diperkirakan terjadi pada periode 2020-2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, proporsi penduduk usia produktif mencapai 70% dari jumlah populasi yang ada. Bonus demografi ini membawa peluang besar bagi sektor kesehatan, khususnya rumah sakit, namun bonus demografi juga menimbulkan tantangan baru khususnya dalam mengelola tenaga kerja multigenerasi.

Tenaga kerja multigenerasi ialah situasi di mana berbagai generasi bekerja secara berdampingan di tempat kerja. Menurut ahli manajemen, David Stillman, multigenerasi adalah keberadaan beberapa generasi yang berbeda dengan nilai dan karakteristik unik di tempat kerja. Tenaga kerja multigenerasi ini mulai dari Baby Boomers (lahir 1946-1964), Generasi X (lahir 1965 -- 1980), Milenial/ Generasi Y (lahir 1981 -- 1996), hingga Generasi Z (1997-2012). Setiap generasi pasti memiliki cara berinteraksi, berkomunikasi dan persepektif yang berbeda dalam bekerja. "Setiap generasi memiliki ekspektasi yang berbeda tentang komunikasi, pekerjaan, dan kepemimpinan," ujar Stillman dalam bukunya Generational Clash at Work.  Dapat kita lihat dari Generasi Baby Boomers dikenal dengan generasi yang memiliki etos kerja keras dan berpengalaman, namun mereka cenderung menggunakan metode konvensional. Sebaliknya, Generasi Milenial dan Generasi Z yang cenderung mengutamakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta lebih adaptif terhadap teknologi dan memiliki orientasi kerja yang lebih fleksibel.

Rumah sakit merupakan salah satu institusi penting dalam dunia kesehatan, yang memiliki peran vital dalam penyembuhan serta pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut definisi dari World Health Organization (WHO), rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan medis, perawatan, dan pengobatan bagi pasien yang membutuhkan. Dapat kita lihat bahwa rumah sakit ialah lingkungan kerja yang dinamis dan menuntut kerja sama lintas generasi untuk memastikan layanan kesehatan yang optimal. Berbagai tantangan dapat terjadi dalam keberagaman multigenerasi. Jika tidak dikelola dengan baik, tentu dapat menimbulkan permasalahan, diantaranya seperti perbedaan gaya komunikasi. Menurut Morris Massey, perbedaan utama antara generasi adalah cara berkomunikasi. Seperti Baby Boomers yang cenderung lebih formal dan menghargai hirarki, sedangkan generasi milenial dan generasi Z cenderung lebih suka menggunakan komunikasi langsung. Dari perbedaan ini dapat terlihat bahwa perbedaan gaya komunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman dan mengurangi efisiensi kerja tim.

Saat ini, kesenjangan yang kerap terjadi, yakni generasi Z dan Milenial dapat dengan cepat mengadopsi teknologi, namun tenaga kerja Generasi X atau Baby Boomers sering kali memerlukan waktu lebih lama untuk terbiasa dengan alat digital atau teknologi yang semakin berkembang. Dalam implementasi sistem rekam medis elektronik dan telemedicine di rumah sakit di Jakarta pada tahun 2022, hanya 60% tenaga kerja senior yang merasa nyaman menggunakan teknologi baru. Dari hal ini dapat kita simpulkan bahwa kesenjangan teknologi merupakan suatu kesenjangan yang dapat menimbulkan ketimpangan antargenerasi. Tantangan dari perbedaan antar generasi dimiliki pula Generasi Milenial dan Generasi Z yang cenderung lebih menyukai model kerja fleksibel. MModel kerja ini memungkinkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sebaliknya, Generasi X dan Baby Boomers umumnya lebih terbiasa dengan jam kerja yang kaku dan sistem yang lebih formal. Tantangan dalam perbedaan ini dapat memengaruhi kualitas layanan rumah sakit, serta dapat berdampak langsung pada kepuasan pasien.

Untuk menyelesaikan permasalahan multigenerasi diperlukan strategi manajemen yang inklusif, beragam, serta adaptif. Dengan komitmen dan kepercayaan yang kuat, perbedaan antargenerasi dapat diselesaikan dengan beberapa cara, diantaranya mengadakan mentorship lintas generasi, membagikan pengalaman, cara pandang dan pola fikir terhadap antar generasi. Mentorship dapat membantu mengenal tiap tenaga kerja antar generasi yang ada. Salah satu tantangan beberapa generasi yakni merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan penggunaan teknologi baru, dari hal tersebut dapat dilakukan pelatihan untuk perkembangan teknologi lanjutan. Terlepas dari generasinya, peningkatan pengetahuan dalam perkembangan teknologi sangat dibutuhkan agar dapat mengadopsi teknologi baru secara efisien dan meminimalisir kesenjangan antargenerasi yang ada. Kunci utama dari seluruh tantangan ialah komunikasi. Memfasilitasi komunikasi yang efektif di lingkungan kerja, dengan membangun komunikasi yang terbuka dan memperkuat hubungan interpersonal di rumah sakit dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif. Cara ini telah diimplementasikan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, telah memiliki hasil peningkatan efisiensi layanan pasien sebesar 12% dalam evaluasi tahunan, serta mengalami peningkatan signifikan pada kolaborasi antar divisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline