Lihat ke Halaman Asli

Lativa Hidayah

Mahasiswa UIN Surakarta

'Rewang' Tradisi yang Terus Ada Hingga Saat ini

Diperbarui: 5 Juni 2023   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Sejak lahir manusia sudah berhubungan dengan manusia lainnya untuk mencukupi kebutuhannya. Dalam hal ini setiap manusia cenderung akan selalu, berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial inilah yang akan memberikan tanggungjawab untuk mengayomi individu yang lebih lemah dan akan saling bergotong royong.

Fase pengenalan manusia bermula dari lingkungan keluarga, berkembang di lingkungan luar keluarga yang dimulai dari masyarakat lingkup kecil lalu diikuti dengan lingkup yang lebih luas. 

Dengan mendapatkan pengalaman diluar lingkup keluarga seorang individu akan membentuk dirinya, mulai dari sikap, sifat dan emosionalnya. Dan bisa juga ia akan mengenal kebudayaan, tradisi, pengalaman serta kebiasaan dari yang ia dapatkan. Dari sinilah manusia akan paham bahwa mereka tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan bantuan orang lain. Sehingga mereka akan terus saling tolong-menolong.

Seperti masyarakat di desa Tegalduwur, Wonosari, Klaten yang mana hingga saat ini masih ada tradisi yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan juga diwariskan kepada anak cucu mereka. 

Tradisi tersebut masih dipandang masyarakat desa Tegalduwur memiliki nilai fungsional yang sesuai dengan tuntutan lingkungan ditempat tinggal mereka. Setiap ada hajatan atau pesta yang dilakukan oleh salah satu kepala keluarga, masyarakat desa Tegalduwur akan inisiatif membantu yang disebut dengan rewangan.

Rewangan berasal dari kata rewang yang artinya membantu. Maksudnya adalah suatu kegiatan yang mengumpulkan warga sekitar. Dalam hal menyukseskan sebuah acara atau hajat tradisi rewang akan selalu menyertainya. 

Tradisi rewang dianggap penting oleh masyarakat karena dapat menyelesaikan pekerjaan yang berat. Baik wanita ataupun pria mereka akan bersama membantu meringankan tetangga yang memiliki hajat tersebut. Biasanya Ibu-ibu berada dibagian dapur untuk menyiapkan segala kebutuhan pangan dan memasak.

 Sementara bapak-bapak akan berkumpul dan bergotong royong untuk mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Serta para muda-mudi biasanya yang menyajikan makanan kepada tamu undangan atau biasa disebut laden.

Menurut masyarakat desa Tegalduwur tradisi rewangan merupakan suatu kewajiban. Yang mana untuk menghindari hukum sosial. Sebab, jika sesorang tidak mengikuti tradisi ini maka ketika ia memiliki hajat tidak akan mendapatkan bantuan dari masyarakat sekitar. Hal inilah yang disebut sebagai nilai fungsional dari rewangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline