Opa Hilarius dan Ayah Calvin
Dear, diary
Aku punya dua permintaan. Kira-kira Allah mau mengabulkan nggak, ya?
Pertama, aku ingin merayakan ulang tahun. Sering aku menghadiri ulang tahun teman-temanku. Pestanya meriaaaah sekali. Ada banyak makanan, ada kado juga. Yah, di sini aku memang nggak kekurangan makanan enak sih. Opa sama Bunda kn pintar masak. Tapi, aku mau sekali-sekali merayakan ulang tahun.
Kedua, aku ingin punya Ayah. Ayahku sudah meninggal. Gitu kata Bunda. Diary, gimana rasanya punya ayah? Teman-temanku punya ayah. Cuma aku yang nggak punya.
"Pertama, aku ingin merayakan ulang tahun."
Sebuah suara barithon memutus gerakan tangan Silvi. Ia mengangkat kepala, terperangah melihat Opa Hilarius berdiri di dekatnya. Senyum menghiasi wajah Opa Hilarius yang masih terlihat tampan.
"Opa..." desah Silvi. Buru-buru menutup diary bersampul biru kelamnya.
Senyum pria awal 70-an itu berganti tawa. Dia tepuk punggung cucu satu-satunya. Senang telah berhasil membaca dua keinginan terpendam Silvi.
Gadis kecil itu tertunduk malu. Mata birunya mengerjap bingung. Bingung bagaimana lagi bersembunyi dari sang kakek.
"Silvi mau pesta ulang tahun?" Opa Hilarius melempar konfirmasi. Ditingkahi anggukan si gadis berponi.