Di bawah langit biru,
sang bunga, putri angsa, dan peri kecil berjumpa.
Kalimat di atas membuka cerita 19 Letters yang ditulis owner Unaroma Picture. Membaca pembukanya saja sudah menggelitik hati Young Lady.
Kompasianers, berapa lama kalian menjalani masa SMA? 3 tahun? Kalau iya, berarti kalian sama dengan Young Lady cantik.
Tapi, kita beda dengan Dinar, Gia, dan Zahra yang menjalani masa SMAnya hanya dalam waktu 2 tahun. Kenapa cobaaaa? Ya, karena mereka anak kelas akselerasi! Wow, hebat banget ya. Susah loh, masuk akselerasi.
Di sinilah letak keistimewaan 19 Letters, novel dan web series yang digarap oleh orang yang sama. 19 Letters merupakan true story dari pembuatnya, hanya saja isi cerita lebih dikembangkan konfliknya.
Berkisah tentang Dinar, Gia, Zahra, dan 16 anak di sekolah favorit yang masuk seleksi kelas akselerasi. Eits, jangan salah. Di novel dan web series ini, kalian akan menemukan bahwa kelas akselerasi tak selamanya menyeramkan.
Tak semua anak akselerasi lekat dengan image nerd, antisosial, kutu buku, dan kacamata tebal. Di sini kalian bakal mendapati anak-anak aksel yang bisa bersosialisasi, aktif di kegiatan nonakademis, bahkan mengikuti ekskul.
Honestly, Young Lady cantik lebih suka pembuka novelnya dari pada pembuka web seriesnya. Di web series, cerita dibuka dengan adegan Dinar memulai hari pertama sekolah.
Jenis pembuka seperti ini sudah sering digunakan. Sebaliknya, novel dibuka dengan rangkaian kata indah, Dinar yang menangis, dan fragmen danau serta udara dingin. Itu lebih menyentuh.