Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

[Papa dan Ayah Special Part] Bukan Papa yang Hebat

Diperbarui: 5 Desember 2019   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Bukan Papa Yang Hebat


-Fragmen si kembar

Embun baru saja mencium mesra rerumputan ketika Calvin terbangun. Ia terbangun karena kondisi kesehatan yang menurun. Flu melemahkannya. Bagi orang normal, ini penyakit ringan saja. Berbeda dengan Calvin yang punya keadaan istimewa.

Pria Desember itu terbatuk. Tangan kanannya menggenggam tangan Silvi. Putri semata wayangnya itu masih terlelap di sampingnya. Syukurlah Silvi tidak ikut terbangun. Saat Calvin terbatuk lagi, rasa sakit dan tak nyaman di dadanya sulit tertahankan.

Air menyembur deras dari mulut wastafel. Ayah satu anak itu terbatuk berulang kali. Noda merah mengalir bersama dahak. Susah untuk berpura-pura tidak melihat bercak darah itu.

Selamat tinggal untuk sementara dahak dan darah. Meski sedang sakit, Calvin tetap dengan rutinitasnya. Ia menyampirkan jas hitam, berdiri ke arah tertentu, dan berdoa sesaat. Detik demi detik tak terkira lambatnya. Dalam keheningan, Calvin berterima kasih karena hari ini masih diberi nafas kehidupan.

**   

"Coba tebak ini siapaaaa?"

Suara manja itu bersumber dari belakang punggungnya. Sepasang tangan mungil memeluk pinggang Calvin. Pemilik tangan itu iseng menggelitiki perut pria bermata sipit itu.

"Silvi, anaknya Ayah yang paling cantik." Jawab Calvin seraya memotong-motong sayuran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline