Opus 8
Papa Is Back
Tengah malam, Calvin terbangun karena mual. Obat-obat kimia pembunuh Mr. C mulai menampakkan taringnya. Pria tampan itu merayap turun dari tempat tidur, lalu tertatih ke kamar mandi.
Calvin muntah-muntah. Isi lambungnya tercurah membasahi wastafel putih. Tubuhnya lelah, lelah luar biasa. Tak mengapa ia sering muntah asalkan penyakitnya sembuh.
Air mengalir membasuh wastafel. Dari wastafel, Calvin berpindah ke shower. Dia memutuskan berwudu lalu shalat Tahajud. Syukur pada Tuhan, penyakit ini membuatnya lebih dekat dengan Sang Sutradara Kehidupan.
Bermenit-menit Calvin habiskan dalam tafakur. Calvin berdoa dan bersyukur. Syukur lantaran masih ada kesempatan untuknya menghirup udara bersih.
Ia mendoakan Silvi. Berdoa agar dirinya diberi pasir waktu lebih banyak bersama anak kesayangannya. Tak lupa ia sebut nama Adica dalam doa. Meminta Tuhan melembutkan hatinya.
Mendoakan orang lain melembutkan hati. Tiap malam, Calvin melakukan itu. Hatinya yang lembut tak putus mendaras doa untuk Adica dan Silvi. Merekalah yang terpenting dalam hidupnya.
Usai Tahajud, Calvin mencoba tidur kembali. Letih dan kesakitan mempercepat pejam matanya. Tak butuh waktu lama baginya untuk terbawa dalam lelap.
Jam biologisnya berdentang tepat waktu. Calvin dibangunkannya pukul lima pagi. Tak pernah pria itu sengaja memasang alarm. Prinsipnya, biarkan tubuh beristirahat sesuai kebutuhan.