Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

[Papa dan Ayah] Ayah Tak Berguna, Sebuah Prolog

Diperbarui: 11 November 2019   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Ayah Tak Berguna

Gadis kecil berparas cantik di atas sepeda biru itu tertawa kegirangan. Rambut panjangnya melambai dibelai angin sore. Sepeda baru yang dibelikan sang Papa persis warna matanya. Ia mengayuhnya, sementara pria orientalis bermata sipit lekat mengikuti dari belakang.


"Papa Adica, katanya mau pegangin sepeda Silvi." protes si gadis manja.

Adica tersenyum, "Nggak ah. Silvi, kan, bisa sendiri. Papa temenin aja ya."

Tak perlu bermain sepeda terlalu jauh. Sebab halaman rumah mereka seluas lapangan bola. Silvi dan Adica begitu asyik bermain hingga tak menyadari sesosok pria berparas pucat tengah menatap mereka dengan sedih dari puncak tangga. Pria yang juga berparas oriental itu, merapatkan jasnya.

"Dia lebih memilih Papanya dibandingkan Ayahnya. Aku tidak berguna..." lirih si pria, pilu.

Gurat kesakitan tercermin di wajah tampan Calvin. Ia mencengkeram dada. Sementara itu, darah segar mengalir dari hidungnya.

**   

Mungkin ini memang jalan takdirku

Mengagumi tanpa diintai

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline