-Calvin & Silvi
Pria berjas hitam itu bangkit berdiri. Seluruh tubuhnya pegal. Inilah efek tidur semalaman di ranjang rumah sakit. Sesosok wanita tua namun tetap cantik, terbaring di ranjang sebelah.
"Kamu mau kemana?" tanya si wanita.
"Ada seseorang yang harus aku temui, Ma."
"Mama bisa kutinggal sebentar, kan? Toh hari ini Mama sudah bisa pulang. Biar kuminta supir mengantar Mama."
"Calvin, Mama ingin kamu menemani Mama di sini. Cuma kamu yang Mama punya. Pada siapa lagi Mama bersandar selain padamu?"
Calvin mendesah. Dibelainya rambut putih wanita sosialita itu.
"Ma, selamanya Hellena Roselina akan jadi Mamaku. Tapi, aku ini hanya satu. Aku harus dibagi-bagi. Mama mengerti, kan?" jelas Calvin lembut, amat lembut.
Nyonya Rose tergugu. Menutup wajahnya dengan bantal. Namun, ia turunkan kembali bantal putih itu saat Calvin mencium keningnya.
Lima menit berselang, Calvin berjalan cepat meninggalkan rumah sakit. Langkahnya surut di depan gerbang sekolah luar biasa. Mata sipitnya menangkap kelebatan rambut panjang milik seorang gadis. Nampak gadis itu menggeram marah, lalu menarik kunciran rambut temannya. Teman si gadis menjerit kesakitan. Helai-helai rambut terlepas dari ikatannya.