Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Novel "Dear Malaikat Izrail" dan Hari Perdamaian Nasional

Diperbarui: 21 September 2019   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover Dear Malaikat Izrail (Dok young lady)

Kompasianer, Selamat Hari Perdamaian Internasional.

Sabtu ini bukan Sabtu biasa. Hari ini, tanggal 21 September, kita merayakan Hari Perdamaian Internasional. Momen peringatan ini relevan dengan banyaknya kejadian yang merusak kedamaian di negeri kita. 

Mulai dari politik identitas semasa kampanye Pilpres, kerusuhan 22 Mei, kerusuhan di Papua, hingga gonjang-ganjing KPK. Semua kejadian itu telah merobek perdamaian di negara yang katanya berpenduduk ramah.


Bila merunut sejarah, Hari Perdamaian Internasional pertama kali diperingati pada tahun 1982. Semua negara anggota PBB memperingatinya. Peringatan Hari Perdamaian Internasional dibuka dengan membunyikan lonceng perdamaian di Markas Besar PBB di New York. Lonceng perdamaian dibuat dari koin yang disumbangkan anak-anak seluruh benua terkecuali Afrika. 

Hari Perdamaian Internasional didedikasikan untuk menghentikan peperangan dan kekerasan yang melanda dunia atas satu dan lain penyebab.

Wow, bagus sekali momennya ya. Nampaknya kita perlu sejenak berhenti saling lempar argumen di medsos, berhenti cyber war, menghakimi orang, dan melontarkan ujaran kebencian untuk merefleksikan datangnya Hari Perdamaian Internasional. Saatnya menghapus perpecahan dengan perdamaian. Intoleransi, radikalisme, dan politik identitas yang telah menjadi gejala di seluruh dunia, sudah waktunya diberantas. Kembalikan perdamaian di seluruh dunia.

Tak ada sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Bertepatan dengan Hari Perdamaian Internasional, Young Lady cantik menghadirkan sebuah novel cantik yang telah lama ditulis dan dipersiapkkan: Dear Malaikat Izrail. Novel Dear Malaikat Izrail mulai ditulis di Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial pada tanggal 21 Maret. Kini, novel itu dihadirkan pada kalian semua di Hari Perdamaian Internasional. Pas sekali, kan?

Dok young lady

Kompasianer, sulit sekali mencari publisher yang bersedia menerbitkan buku dengan tema "nekat". Katakanlah tema rasialis, diskriminasi, dan perdamaian antarumat beragama ini sebagai tema yang berani. 

Topik seperti ini adalah antitesis dari trend market yang cenderung mengarah pada kisah-kisah romantis cheessy, metropop, teenlit, chicklit, dan sejenisnya. Selera pasar kita lebih menyenangi tema mainstream. Makanya, tak mudah menemukan publisher yang mau menerbitkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline