Weekend kemarin lumayan hetic. Soalnya Young Lady harus ke rumah sakit. Bukan ada yang sakit, tapi mengurus beeberapa berkas untuk apply beasiswa S2.
Bukan kunjungan yang menyenangkan pastinya. Siapa sih yang senang datang ke RS? Memangnya RS enak buat ngopi cantik ya? Kan nggak.
Di rumah sakit, Young Lady cantik menjumpai hal-hal tidak enak. Ruang tunggu yang dipenuhi pasien dengan berbagai kondisi, suara muntahan yang terdengar beberapa kali, aroma obat-obatan yang memuakkan, ruangan gelap dan suram, dan...banyak energi negatifnya. Banyak makhluk penunggunya, baby.
Eits, bukan itu yang ingin dibahas Young Lady. Ada poin lain yang ingin disoroti. Yups, tepatnya ketika tiba saat tes bebas narkoba.
Young Lady memasuki ruang laboratorium yang dingin. Seorang gadis muda dan bapak setengah baya sibuk melayani. Mereka menyebutkan nominal biaya tes urine bebas narkoba. Biayanya 315K. Tanpa membuang waktu, langsung saja transaksi pembayaran dilakukan. Young Lady mendengar seseorang bertanya.
"Kok mahal banget sih? 300 ribu...?"
Si gadis muda di balik meja menjawab. "Iya, itu dari Perdanya."
Selanjutnya Young Lady tidak memperhatikan lagi. Diri ini teralih perhatiannya gara-gara banyak energi negatif berseliweran. Itu sangat, sangat mengganggu. Pokoknya Young Lady ingin cepat-cepat meninggalkan rumah sakit.
Finally, urusan berkas pun selesai. Lega banget rasanya. Acara hari itu ditutup dengan jalan-jalan ke mall. Ngemall cantik sambil makan es krim dan steak...yeaaaay dua makanan favorit Young Lady.
Pulang dari mall, barulah Young Lady kepikiran. Biaya tes bebas narkoba 315K? Kasihan ya, kalau yang harus tes ini peserta dari golongan keluarga tidak mampu. Tidak mampu untuk mendapatkan/mengeluarkan dana sebesar itu tanpa perlu kelaparan setelahnya.
Besar-kecilnya dana itu relatif. Murah-mahalnya biaya tergantung kondisi ekonomi individu. Tak terbayangkan bila salah satu peserta tes berasal dari lingkungan duafa.