Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Luka-luka Intoleransi

Diperbarui: 2 Agustus 2019   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Pyar!

Petir menggemuruh. Hujan mencium langit. Sepertiga malam kian kelam.

Sampai kapankah hujan dan kilat menciumi alam? Entahlah. Dua entitas ini mengacak-acak ketenangan Bunda Alea. Berulang kali ia meembalikkan posisi tubuhnya di ranjang. Gurat ketakutan menghiasi wajah cantiknya.


"Alea, kamu takut ya? Sini Sayang..."

Pria tampan di sisinya teramat pengertian. Selang sedetik, Bunda Alea telah berpindah ke dalam rengkuhan hangat Ayah Calvin. Wangi blue seduction Antonio Banderas menyatu dengan wangi citrus. Dua tubuh tinggi itu merapat, larut dalam dekap.

"Tidurlah, Alea." bujuk Ayah Calvin lembut.

"Oh no...aku tidak bisa tidur lagi, Calvin."

Detak jarum jam mengusik rasa. Baiklah, sepertinya kembali tidur bukan pilihan. Dengan lembut, Ayah Calvin menuntun Bunda Alea bangun. Ia ajak istrinya itu berdoa bersama. Berdoa bersama di sepertiga malam, betapa indahnya.

"Masih takut, Sayang?" tanya Ayah Calvin usai ritual sepertiga malam itu terlewati.

"Sedikit."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline