Sebut Aku Orang Indonesia
Sejak langit menitikkan air mata, sepasang pria-wanita berparas rupawan itu didera resah. Berulang kali mereka melempar pandang cemas ke luar jendela. Amat berharap sosok yang mereka nantikan segera pulang.
Situasi terbalik, pikir Ayah Calvin gundah. Biasanya, Jose yang menunggu ia pulang dari kantor. Kini dirinyalah yang berharap Jose segera kembali.
Sepercik sesal menetesi hati pria tampan berjas Armani itu. Andai saja dia bisa seharian menemani Jose di rumah. Pertemuan bisnis itu menjadi penghalang. Jika tak ada meeting, mudah sekali Ayah Calvin melimpahkan urusan perusahaan pada tangan kanannya.
Lupakah Ayah Calvin? Wanita cantik berambut pendek dan berhidung mancung di sisinya tak kalah khawatir. Selama Ayah Calvin berkutat mengurusi perusahaan, Bunda Alea menemani Jose. Ia telah melakukan apa pun untuk mencegah Jose keluar rumah. Sayangnya, anak yang baru melewati sesi kedua kemoterapinya itu nekat pergi ke taman kompleks sendirian.
Taman? Entah dia benar-benar pergi ke sana atau tidak. Mungkin saja kakinya melangkah lebih jauh, hingga melewati batas area luar kompleks, tiga rumah Tuhan yang berpelukan mesra, berpapasan dengan penjahat, dan...
Buru-buru Bunda Alea menepis ketakutannya. Tidak, Jose pasti baik-baik saja. Sedih bercampur resah, Bunda Alea merebahkan kepalanya di pundak Ayah Calvin.
"Calvin, maafkan aku. Maaf..." mohonnya.
Jemari Ayah Calvin mendarat pelan di kepala Bunda Alea. Lembut dibelainya rambut istrinya.
"No problem. Kamu sudah menjaganya dengan sangat baik." Ayah Calvin berbisik menenangkan.