Mata Sipit, Mata Biru, dan Pandangan Tentang Diskriminasi Nonpribumi di Kompasiana.com. Itu judul skripsi Young Lady. Wow, seksi kan? Mana ada judul skripsi kayak gitu?
Di sini, Young Lady cantik tak akan memaparkan hasil analisisnya. Tapi Young Lady hanya ingin mengungkapkan sisi lain dari penelitian library research yang telah dilakukan.
Alasan Young Lady menghindari penelitian lapangan adalah enggan membangun relasi dengan orang baru. Young Lady bukan orang yang mudah menerima orang baru dalam hidup ini. Lagi pula, Young Lady juga tak punya energi dan ruang gerak untuk mengejar-ngejar informan. So, pilih penelitian library research saja biar aman.
Setahun sebelum skripsi, Young Lady telah memilih dan mengumpulkan data. Perfect, terstruktur ala Young Lady. Akhirnya terkumpul empat artikel.
Keempat artikel yang digunakan untuk bahan penelitian skripsi antara lain:
Imlek dan Ke-Indonesiaan Tionghoa Indonesia
Saya Orang Cina dan Ingin Jadi PNS, Ada yang Salah?
Gadis Mata Biru Portugis Ternyata Bukan Dongeng
Jujur saja, Young Lady tak kenal satu pun penulisnya. Young Lady tak tahu apakah Daniel H. T, Claudia Elleosa, Syukri Muhammad Syukri, dan Yoyo masih aktif menulis di Kompasiana atau tidak. Sepertinya mereka pun bukan tipe Kompasianer yang ramah, terbuka, dan suka jalan-jalan ke artikel Kompasianer lain. Jelas berbeda dengan Kompasianer Leya Cattleya, Bu Hennie, Pak Edy Supriatna, atau Pak Tian.
Ok, back to focus. Dari keempat artikel itu, Young Lady cantik mendapati satu hal menarik sekaligus ironis. Bahkan miris bisa jadi. Artikel-artikel yang membahas tentang Tionghoa Indonesia cenderung dark, sadly, emosional, penuh stereotip, dan beraroma diskriminasi.