Adica dan Syifa bertengkar. Sulit dipercaya. Mereka berdua yang biasanya selalu akur, tak pernah bertengkar, kini terlibat konflik.
Ini kali pertama mereka bertengkar. Abi Assegaf dan Arlita berharap ini pun kali terakhir. Enam pelayan tak tahan menyaksikan dua majikan muda mereka saling mendiamkan. Benar-benar sangat jauh dari Adica dan Asyifa Assegaf yang biasanya.
Atmosfer rumah mewah tepi pantai tak sehangat hari-hari sebelumnya. Dingin lebih sering mendominasi. Waktu sarapan dan makan malam tak lagi menyenangkan. Adica dan Syifa duduk berjauhan. Saling menghindari tatapan, enggan berinteraksi satu sama lain.
Abi Assegaf dan Arlita risau memperhatikan dua anak mereka. Sebuah pengalaman baru, karena sebelumnya mereka hanya mengurus satu anak. Keduanya belum berpengalaman mendamaikan pertengkaran dua anak di dalam keluarga.
Pernah di satu malam pertengahan Desember yang dingin, Arlita menahan Abi Assegaf sebelum tidur. Memintanya berdiskusi sebentar untuk mendamaikan anak-anak mereka. Melihat wajah tenang suaminya, Arlita mulai gemas.
"Memangnya kamu tidak ingin melihat mereka kembali berbaikan?" sergah Arlita.
"Tentu saja. Aku juga sedih anak-anak kita bertengkar begitu. Kau hadapi Syifa, aku hadapi Adica. Ok?"
Arlita mengangguk. Keduanya saling mengaitkan jari kelingking. Malam itu, tidur mereka tak senyenyak biasanya.
**
Tak mengerti apa yang telah terjadi