Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

[Tulang Rusuk Malaikat] Jika Keluarga Kandungmu Kembali

Diperbarui: 6 November 2018   06:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

"Allahu Akbar..." Abi Assegaf memimpin tiga makmumnya bersujud.

Jangan salah sangka. Empat sosok tampan dan cantik berkulit putih ini bukannya mualaf yang baru belajar shalat. Mereka sudah terbiasa shalat sejak kecil. Hanya saja, shalat Subuh kali ini spesial. Abi Assegaf mengimami mereka. Shalat berjamaah dalam keluarga, hal yang sudah lama tak mereka lakukan. Ingin rasanya dua rakaat shalat Subuh itu tak cepat berakhir.

Akhir, akhir dari ibadah pagi yang indah. Tuan Effendi menutup dengan salam. Calvin dan Nyonya Rose mengikuti. Sejurus kemudian, ketiganya saling meraih tangan. Berpelukan.

"Papa, kenapa sedih?" tanya Calvin lembut.

"Aku saja yang mau kemo keempat tidak sedih."

Tuan Effendi tersenyum kecil. Lembut diusapnya sisa rambut Calvin.

"Tidak apa-apa, Sayang. Papa hanya merasa..."

"Bahagiaaa sekali." Arlita berbisik serak, matanya berkaca-kaca.

Tak hanya Arlita yang bahagia. Abi Assegaf, Syifa, dan Adica tak kalah bahagianya. Air mata mengalir tanpa suara. Air mata bahagia, bukan air mata duka.

Duka, entitas tak kasat mata yang membuat Silvi enggan shalat di masjid. Sama engannya seperti ia mengunjungi pantai dan lautan. Revan memahami isi hati adiknya.

"Ya sudah, aku tak jadi shalat di masjid. Aku di sini saja. Aku imami ya?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline