Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

[Tulang Rusuk Malaikat] Zona Waktu

Diperbarui: 29 Oktober 2018   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Pagi-pagi sekali, Abi Assegaf sudah bersiap pergi. Pria tampan berlesung pipi itu membawa mobil tanpa supir. Belum sempat membuka pintu mobil, ia dikagetkan kehadiran Adica.

"Abi mau siaran ya?" tanya pemuda itu.

"Iya, Sayang. Hari ini jadwalnya Abi bawakan program Kuliah Subuh dan Harmoni Pagi."

Adica melayangkan tatapan. Selalu saja, Abi Assegaf luluh.

"Kenapa, cinta? Kamu..."

"Aku igin siaran,"

Abi Assegaf menghela nafas. Sekilas melirik Guess di pergelangan tangan, lalu menatap Adica. Senang rasanya Abi Assegaf melihat Adica memakai jas dan kemeja yang telah ia sediakan di built-in-clothesnya. Sehari setelah pindah ke rumah mewah tepi pantai, Adica mendapat banyak pakaian branded dan mahal. Abi Assegaf membuang semua pakaian lamanya.

"Tapi kamu masih sakit, Nak..." Abi Assegaf lembut menjelaskan.

"Aku sehat. Sungguh, Abi. Ayolah izinkan aku siaran."

Tatapan innocent Adica memerangkap Abi Assegaf. Sulit, sulit sekali untuk menolak. Hatinya yang lembut terus mendesak untuk mengiyakan. Tetiba sebuah ide terlintas.

"Ok, kamu boleh siaran. Tapi berdua sama Abi. Take it or leave it."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline