Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

[Selingkuh Hati Malaikat Tampan] Bawalah Cintaku

Diperbarui: 25 September 2018   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Dua perawat mendorong tempat tidur beroda. Calvin terbaring lemah dengan darah segar menetes dari hidungnya. Silvi berjalan di sisi brankar, lembut menggenggam tangan malaikat tampan bermata sipitnya.

"Bertahanlah, Calvin...please." pinta Silvi di sela isaknya.

Revan, Adica, Calisa, dan Angel mengikuti dari belakang. Raut wajah mereka memancarkan kecemasan. Angel tak berhenti menangis. Ketiga sosok rupawan di kanan-kirinya sabar menenangkan.

"Silakan Anda tunggu di luar." kata salah satu suster dengan tegas.

Pintu ruangan berdebam menutup. Terkunci otomatis. Silvi berdiri terpaku, air matanya meleleh.

Keputusasaan menebar. Kekhawatiran menggantung berat. Rasa takut kehilangan mencengkeram kuat hati Silvi. Sungguh, belum pernah dia setakut ini sejak menikah dengan Calvin.

Gelisah, Silvi berjalan memutari koridor. Melempar pandang muram ke kaca yang membatasi ruang ICU dengan koridor luar. Hatinya pedih melihat tubuh Calvin dipasangi respirator dan berbagai peralatan medis lainnya. Garis-garis signal di elektrokardiograf bergerak naik-turun. Sangat mengkhawatirkan. Untuk pertama kalinya, setelah bertahun-tahun, rasa cinta Silvi pada Calvin bangkit lagi. Membesar, membesar, terus membesar di hati terdalam.

"Ya, Allah yang Maha Cinta, kumohon kuatkanlah Calvin. Angkatlah rasa sakitnya...izinkan dia hidup lebih lama." tangis Silvi dalam doanya.

Kristal-kristal bening berjatuhan tanpa henti dari mata birunya. Silvi jatuh, jatuh dalam kesedihan. Hatinya takut luar biasa. Asumsi kehilangan Calvin terus membayangi. Sungguh, Silvi takkan sanggup hidup tanpa Calvin. Apa jadinya bila wanita rapuh hidup tanpa kasih sayang pria berhati malaikat?

Jiwa dan hatinya terus menjeritkan doa. Doa agar dirinya diberi kesempatan sekali lagi untuk terus bersama Calvin. Apa pun yang telah terjadi, Calvin Wan tetaplah malaikatnya. Malaikat hidupnya, malaikat yang berkali-kali ia sakiti. Sosok malaikat tampan yang selalu ada, tak pernah meninggalkannya. Silvi tak siap bila harus kehilangan malaikatnya.

Mantan model dan therapyst itu menyentuh kalung di lehernya. Kalung emas bertatahkan safir berbentuk hati pemberian Calvin selalu ia pakai. Dipegangnya kalung itu erat-erat. Amat berharap pemberinya diberi kekuatan untuk bertahan. Selama ini, Calvin sudah cukup kuat. Akankah kini saatnya? Saat ia tak bisa lagi melawan penyakitnya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline