Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Sentilan Buat Mereka yang Berhijrah

Diperbarui: 15 September 2018   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Eits, akhir pekan bukan waktunya fiksi buat Young Lady. Biar aja, fiksinya disimpan buat weekdays. Serial Selingkuh Hati dengan lagu-lagu khas penyanyi ganteng Afgan Syahreza dilanjut nanti ya.

Percuma nulis bagus pas weekend. Nggak ada yang baca. Votersnya sedikit. So, tulis tema-tema ringan aja kali ya.

Well, am I late? Tidak, kan? Sepertinya, masih suasana Tahun Baru Hijriyah. Masih awal Muharram. So, nggak salah kan, kalau Young Lady menulis cantik tentang hijrah? Belum telat-telat amat tuh.

What's the meaning of hijrah? Let's see.

Menurut KBBI daring, hijrah memiliki dua arti. Pertama, perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama pengikutnya (Kaum Muhajirin) untuk melindungi diri dari kaum kafir Quraisy. Kedua, berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya). Nah, jelas kan? Intinya, hijrah itu berpindah. Entah pindah secara ragawi maupun batiniah.

As we know, zaman Prophet Muhammad telah lama berlalu. Nampaknya, kini umat Islam di seluruh dunia dapat memeluk agamanya dan beribadah dengan damai. Tak ada lagi tekanan bertubi-tubi dari sekumpulan orang yang menamakan diri kaum kafir Quraisy. Aduh, kayak lagunya Afgan aja ya...semua ini pasti berlalu.

Seiring berlalunya waktu, kini hijrah mengalami pergeseran makna. Bukan berarti makna 'pindah'nya berubah. Tetap, maknanya tetap berpindah. Namun, di zaman sekarang ini, hijrah lebih dimaknai dari cerminan hati, sikap, dan perilaku.

Banyak orang memaknai hijrah sebagai perpindahan ke arah yang lebih baik. Utamanya ke arah perilaku dan sikap yang lebih religius. Orang yang berhijrah menandakan dirinya lebih fokus mendalami agama. Istilah kerennya, lebih alim. Lebih religius.

Motif hijrah semestinya karena satu: karena Tuhan. Hijrah untuk Tuhan, Allah, atau apa pun istilah penyebutannya. Sayangnya, sering kali hijrah disalahgunakan untuk motif lain yang tidak tepat.

Pertama, hijrah karena ikut-ikutan. Dianggap menjadi trend, orang ramai-ramai berhijrah. Gaya berpakaian, cara berbicara, dan gesture mereka lebih agamis. Hijrah seolah telah menjadi lifestyle, bukan semata panggilan Tuhan. Motif ini berbahaya. Bayangkan, misalnya hijrah sudah tidak populer lagi. Bisa-bisa para pelakunya kembali seperti dulu.

Kedua, hijrah karena paksaan. Ini juga berbahaya. Contohnya, orang yang mengaku sudah berhijrah lalu seenaknya memaksa orang lain untuk berhijrah seperti dirinya. Hijrah bukan paksaan, tapi panggilan hati. Anggaplah hijrah sebagai pemurnian. Seperti kaul kebiaraan yang di dalamnya mencakup kaul kemurnian. Nah, kira-kira seperti itu. Harus murni datang dari hati. Tulus ikhlas, tanpa paksaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline