Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Terlalu Cantik untuk Selibat

Diperbarui: 27 Juli 2018   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang guru di sekolah tempat penyuluhan berlangsung menatap Young Lady lama. Guru pria itu berkata, memuji tepatnya. Dia bilang, Young Lady cantik. Sepuluh mahasiswa di kanan-kiri Young Lady cantik tersenyum-senyum.

"Kami memang cakep dan cantik, Pak." ucap salah satu dari mereka, narsis.

Lalu kami melangkah ke belakang sekolah, memilih-milih spot untuk vertical garden. Young Lady perhatikan, teman-teman di sekeliling tak sekadar melangkah. Mereka juga memotret beberapa spot dan sesekali berfoto. Berbeda dengan mereka, Young Lady sama sekali tak tertarik berfoto. Di antara teman perempuan, Young Lady satu-satunya yang tidak tertarik berfoto dan membaginya di sosial media. Buat apa? It's not important.

Di halaman belakang sekolah, terdapat sebuah meja. Kursi-kursi mengitari meja kayu itu. Kami duduk mengelilinginya. Melepas lelah di sana. Hening mulai terurai. Pembicaraan ringan tercipta hangat.

Mulanya hanya bicara cinta dan jodoh. Young Lady menyinggung pula sedikit tentang paduan suara. Soalnya ada teman kelompok yang mirip dengan anggota choir tempat Young Lady bergabung. Finally, perbincangan ringan mengarah ke selibat. Ya, selibat.

Sepuluh pasang mata menatap aneh ke arah Young Lady. Selibat? Mengapa harus selibat? Seperti tidak ada pilihan yang lebih baik saja, kata mereka. Dan kata mereka lagi, menikah itu wajib.

Hei siapa bilang? Menikah itu sunnah dalam agama kami. Hanya menyempurnakan separuh agama. That's all. Seorang teman malah mengatakan jika tak ada jodoh di dunia, sudah disiapkan di akhirat. Yeee jodoh, memangnya lagunya Afgan, jodoh pasti bertemu?

Apa salahnya selibat? Toh zaman sekarang ini, makin banyak orang yang single forever. Melajang seumur hidup walau bukan pastor/bhikkhu. Itu namanya selibat juga, kan?

Masihkah selibat dianggap pilihan aneh? Bagaimana bila selibat itu pilihan terbaik? Seperti judul lagu, jalan terbaik, bisa saja selibat dianggap jalan terbaik oleh seseorang. Misalnya, seorang pria tampan yang baik hati dan berbakat, divonis dokter terkena suatu penyakit yang membuatnya infertil. 

Atau efek dari obat-obatan penyembuhan penyakit itulah yang membuatnya mandul. Lalu pria tampan yang baik hati dan konsisten itu memutuskan selibat agar tidak menyakiti hati wanita mana pun. Bukankah itu jalan terbaik?

Selibat karena mandul dan penyakit bukanlah aib. Justru si selibator telah membuat pilihan terbaik agar tidak mengecewakan sesiapa. Selibat karena disabilitas, kaul kebiaraan, tujuan kemanusiaan, amal, dan kaasih, itu pun sama baiknya. Bahkan bisa menjadi selibat yang mulia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline