Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

"Jika Aku Infertil..." Tanyakanlah Satu Hal pada Teman Hidup Kalian

Diperbarui: 24 Juli 2018   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup adalah serangkaian pilihan. Termasuk di antaranya pilihan untuk menikah atau tidak. Menikah ya syukur, tidak menikah juga tidak apa-apa. Semuanya kan pilihan.

Ketika sudah memilih untuk menikah, masih banyak lagi pilihan-pilihan di depan kita. Mau menikah dengan siapa? Bagaimana konsep pernikahannya? Setelah menikah, apa rencana ke depan? Lagi-lagi, kita dihadapkan pada banyak pilihan.

Kalau boleh, Young Lady cantik mau pinjam istilah dari lagunya Tulus: teman hidup. Menikah sama saja memilih teman hidup. Eits, bukan teman biasa ya. Tapi teman hidup, teman untuk menjalani sisa hidup. Teman untuk merenda masa depan, menata hidup, menghabiskan hari tua hingga maut memisahkan.

Setelah menemukan teman hidup yang tepat, saatnya mengajak menikah. Ajakan telah disambut positif. Wait, wait. Sebelum melangkah ke pelaminan, coba tanyakan dulu satu hal ini pada teman hidup kalian. Ya, satu hal. Cukup satu hal saja.

"Apa kau akan tetap bersamaku meski aku divonis infertilitas?"

Ya, that's all. Sesimple itu pertanyaannya. Tapi percayalah, itu pertanyaan yang sangat penting.

Bukan bermaksud mendoakan keburukan. Hanya berjaga-jaga, mempersiapkan diri atas kemungkinan terburuk. Bukankah hidup tak selamanya mulus?

Dari pertanyaan sederhana itu, akan terangkai benang-benang lain. Satu sama lain bisa saling merenungi apa tujuan mereka menikah. Hanya untuk meneruskan keturunankah? Hanya untuk memuaskan kebutuhan biologiskah? Hanya untuk memenuhi harapan orang tua dan status sosialkah? Atau tulus karena cinta?

Mungkin sekilas terdengar bodoh. Kebanyakan orang bertanya masa lalu, penghasilan, latar belakang keluarga, dan restu sebelum menikah. Jarang yang terpikirkan untuk menanyakan kemungkinan buruk yang bisa terjadi bila lembaran baru telah dibuka.

Pertanyaan seperti ini bisa membantu antisipasi dari awal. Antisipasi dari rasa kecewa. Lebih baik tahu dari awal dari pada tahu di akhir dan berujung penyesalan. Lebih baik sakit dan kecewa di awal dari pada di akhir. Jika tidak ingin menerima, ya hentikan. Jika bisa menerima dengan tulus, silakan teruskan.

Kompasianers yang sudah lama baca tulisan-tulisan cantik Young Lady pasti paham. Young Lady selalu antusias mengangkat topik infertilitas, khususnya infertilitas pada pria. Biasanya Young Lady tuliskan dengan cantik ke dalam bentuk cerita. Selalu saja tokoh pria yang divonis infertilitas. Sang pria yang begitu sempurna, tampan, religius, berbakat, dan kaya, ternyata dalam tubuhnya ada penyakit dan dia infertil. Biasanya karakter "Calvin Wan" yang mengambil peran ini. Well, kisah-kisah itu tidak benar-benar fiktif or semi realis. Itu karena Young Lady berhadapan dengan kenyataan. Young Lady ingin menghapus stereotip. Selama ini, wanitalah yang sering disalahkan. Kenyataannya, banyak pria juga sakit dan bermasalah. Munafik bila kesalahan mengenai keturunan dilimpahkan sepenuhnya pada wanita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline