Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Nyanyian Sahur Muslim Non Pribumi dan Pesta Piyama

Diperbarui: 5 Juni 2018   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelas satu ini memang unik. Isinya mahasiswa-mahasiswi Non-Pribumi. Uniknya, semuanya Muslim. Satu agama, tapi multikultural. Beda tapi sama.

Sebagai calon-calon psikolog, mereka tipe milenials yang pengertian, low profile, sabar, dan easy going. Humble dan sikapnya down to earth walaupun berasal dari keluarga kaya. Begitu khasnya kelas mereka sampai-sampai angkatan dari prodi tetangga menjuluki mereka "Kelas Psikologi Solid Non-Native".

Lihat saja. Begitu kompaknya, hingga setengah kelas pun datang ke kampus pagi ini dengan langkah lemas dan wajah tertekuk karena tidak sahur. Terlambat bangunnya kompak juga. Menggelikan dan mengagetkan melihat wajah-wajah blasteran itu kusut.

"Kesel kesel kesel! Gara-gara telat sahur nih!" omel Silvia, mahasiswi cantik blasteran Jawa-Belanda. Anak kepala kantor perpajakan yang pernah jadi ketua OSIS waktu masih di Senior High School.

"Gara-gara admin grupnya! Lupa bangunin kita! Kan dari awal udah kesepakatan, saling bangunin sahur di grup!" Thomas, mahasiswa hitam manis keturunan Ambon-India menegur admin grup kelas mereka.

Semua mata tertuju ke arah Angel. Gadis berkardigan soft pink itu menunduk, wajahnya memerah karena malu. Eits, jangan salah. Meski namanya Angel, tapi wajahnya Timur Tengah. Papinya keturunan Arab, Maminya mualaf asal Manado.

"Wuuuuu! Si Angel bikin kita-kita nggak sahur! Tanggung jawab!"

Seperti paduan suara, seisi kelas memprotes Angel. Bahkan yang tidak ikut telat bangun pun meneriakinya. Hanya satu orang yang tidak berteriak. Seorang pemuda tampan berkulit putih dan bermata sipit di bangku paling depan tetap tenang. Melempar senyum menenteramkan ke arah Angel.

"Iya iya...nanti aku traktir kalian buka puasa. Pilih aja restonya." janji Angel. Sukses mengundang teriakan antusias dari para korban yang terlambat bangun sahur.

Si pemuda sipit keturunan Tionghoa menepuk punggung Angel. Mengisyaratkan tindakannya sudah benar. Sejurus kemudian ia bangkit dan berjalan ke depan kelas. Spontan ruangan kelas hening total. Semua mahasiswa mengarahkan fokus perhatian padanya. Tersedot pesona pemuda Chinese yang kharismatik dan charming.

"Sssttt...si Calvin pasti mau kasih solusi." bisik Marco, mahasiswa berdarah campuran Betawi-Italia. Memberi kode agar seisi kelas tenang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline