Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Segelas Milkshake untuk Belahan Jiwa

Diperbarui: 1 Juni 2018   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stick drum itu terlempar. Pria berpostur sedang namun berwajah perpaduan Jawa dan Arab itu tersenyum meremehkan.

"Mana Calvin? Katanya dia mau battle piano sama saya." ujarnya sinis.

Gadis cantik bergaun floral itu resah. Menyimpan tanya mengapa pria belahan hatinya ingkar janji. Lelaki blasteran Jawa-Arab itu berteriak.

"Dinda, katakan pada Calvinmu itu! He's a looser!"

Setelah melempar kata penuh kemenangan, si lelaki angkat kaki. Merasa di atas angin karena telah menjatuhkan seseorang. Sesaat Dinda berdiri terpaku di tempatnya. Apa yang terjadi dengan Calvin? Kalau tak ingat sedang berpuasa, ingin rasanya ia marah dan menangis detik itu juga.

Tergesa-gesa Dinda meraih tasnya. Berjalan meninggalkan studio musik. Urusan ini benar-benar konyol. Persaingan bisnis telah merambah dunia musik juga.

**     

Suram, itulah kesan yang selalu dirasakan Dinda tiap kali bertamu ke rumah megah bercat putih di puncak bukit. Rumah Calvin selalu saja menawarkan kesunyian dan kesuraman. Layaknya mausoleum, aroma kesuraman tercium di sudut-sudutnya.

"Dimana Tuan Calvin?" Dinda mencegat seorang asisten rumah tangga yang kerepotan membawa tongkat pel dan alat pembersih lainnya di lantai bawah.

"Tuan di rumah sakit, Nona."

Kemarahan Dinda lenyap tanpa bekas. Rumah sakit? Oh God, pikirnya. Tentu saja. Mengapa dirinya begitu bodoh? Pastilah Calvin sedang terapi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline