Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Pria Pencuri Air Mata

Diperbarui: 1 Februari 2018   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Calvin tak berdaya. Ruangan berlangit-langit putih, berlantai putih, dan berdinding putih ini seperti penjara. Penjara yang membelenggu mimpinya.

Dokter ahli layaknya hakim jahat yang menjatuhkan vonis seraya mengetuk palu. Palu kematian untuk mimpinya. Sampai kapan pun, Calvin Wan takkan pernah menjadi seorang ayah.

**      

Alunan Fur Elise ia mainkan dengan jemari lentiknya. Silvi bermain piano sepenuh jiwa. Ia menunggu, menunggu suami super tampannya pulang.

Masih terlintas barisan kata dalam e-mail yang dikirimkan Bundanya. Bukan e-mail biasa.

"Setahun lagi belum memberi Bunda cucu, ceraikan. Kamu berhak bahagia."

Klise. Layaknya kisah-kisah dalam novel atau film. Pasangan yang menikah, bertahun-tahun tak punya keturunan, lalu didesak oleh orang tua untuk segera memberikan keturunan. Kisah yang klise dan murahan ini malah terulang dalam rumah tangga Silvi. Namun ini tak biasa. Bila kebanyakan wanita yang disalahkan, kali ini justru pria yang disalahkan. Kenyataannya, Calvinlah yang tak mampu. Kondisi kesehatannya terlalu lemah untuk mendapatkan itu.

Semburat jingga keemasan terpeta di kaki langit. Senja turun dengan indah. Kedua tangan Silvi terlipat di depan dada. Ia harap, indahnya senja bersamaan dengan indahnya kabar yang dibawa Calvin saat ia pulang nanti. Amat besar harapan Silvi.

Reminder di smartphonenya berbunyi. Sedetik kemudian wanita bermata biru blasteran Sunda-Inggris itu teringat. Shalat gerhana, pikirnya. Saatnya berdoa dan bermunajah pada Allah.

**      

Sengaja pria tampan berwajah oriental dan bermata sipit itu menunda untuk pulang. Ia takut bertemu Silvi. Bukannya takut dengan percik amarah. Melainkan takut melihat rona kecewa di wajah istrinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline