Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Maaf, Aku Tak Sempurna

Diperbarui: 19 Desember 2017   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock

"Sebaiknya kita realistis saja."

Dokter setengah baya berkacamata minus persegi itu menyandarkan tubuhnya. Membalik-balik medical record di mejanya. Pria berparas oriental di depannya sedikit menundukkan wajah, mulai meraba kemungkinan terburuk.

"Bagaimana kalau tidak berhasil?" tanya pria berwajah oriental itu pelan.

"Jangan tanya pada saya. Tanyakan pada Allah."

Pria berjas hitam itu tertunduk lagi. Menyesali diri? Sudah terlambat. Kondisi tubuhnya memang begini. Apa yang harus disesali? Menyalahkan takdir? Gegabah sekali.

"Ingat, pengobatan yang kamu lakukan bukannya tanpa risiko. Sekarang ginjalmu mulai bermasalah. Hati-hati, Calvin. Jangan sampai kamu harus Hemodialisa juga." Sang dokter memperingatkan, wajahnya berangsur khawatir.

"Insya Allah tidak. Saya masih ingin hidup lebih lama. Bersama istri saya." ujar Calvin meyakinkan.

"Bagus. Satu hal lagi: jangan stress. Rilekskan pikiranmu. Tetap sabar, tawakal, dan ikhtiar."

Calvin mengangguk. Beranjak berdiri, bersiap meninggalkan ruangan dokter spesialis Andrologi itu. Sudah selesai. Namun harapan belum pupus.

Selangkah demi selangkah, Calvin meninggalkan rumah sakit. Berpapasan dengan paramedis. Mendengar bermacam suara dari pintu-pintu sal yang tertutup rapat. Tangisan, erang kesakitan, jeritan tertahan, suara muntahan, dan ratap kesedihan. Rumah sakit, bangunan serba putih yang rutin dikunjunginya selama enam bulan terakhir. Demi satu tujuan: memiliki keturunan. Menyembuhkan apa yang harus disembuhkan.

Ironisnya, hingga kini semuanya belum berhasil. Mulai dari konseling sampai terapi hormon, mulai dari pemberian beberapa obat-obatan hingga serangkaian doa dan amalan yang dilakukan, belum nampak keberhasilan. Titik kesembuhan belum terlihat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline