Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Membanggakan Anak di Depan Banyak Orang, Salahkah?

Diperbarui: 5 Desember 2017   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini hanya tulisan cantik intermezo pelepas lelah. Setelah Young Lady menempuh perjalanan dari kota bunga ke ibu kota negara, rasanya tidak tahan untuk membuka laptop dan menulis dengan cantik. Waktu nulis artikel ini, harus cantik juga dong.

Ini tentang Mama saya. Boleh dikatakan,, Mama saya wanita yang eksis di sosial media. Biarpun sudah kepala lima, tapi berjiwa muda. Bahkan sering dibilang awet muda oleh teman-temannya. Terlebih Mama resign dari kantor di saat teman-teman sekantornya masih sibuk bekerja dan mencari uang. Sejak berani mengambil keputusan resign dari kantor dua tahun lalu, Mama kelihatan lebih enjoy dan bahagia. Alasannya resign simple: demi fokus pada anaknya yang cantik ini. Nih anaknya sekarang jadi Kompasianer yang suka menulis cantik di Kompasiana. Ups...

Mama resign untuk memberikan 24 jam waktunya full untuk anak cantiknya. Jadi, tiap kali saya ada kegiatan, manager sekaligus pendamping terbaik saya di dunia adalah Mama. Entah itu kegiatan di luar kota maupun sekadar kegiatan di dalam kampus. Katanya, Mama takkan melepaskan saya sampai saya menikah dan punya suami.

Seperti minggu ini. Young Lady jadi pemakalah di seminar nasional yang diselenggarkan di Badan Bahasa. Punya Mama yang aktif di sosmed, banyak teman, dan rajin update di grup keluarga membuat setiap kegiatan yang dilakukan anaknya selalu terekspos. Kegiatan dan prestasi-prestasi, selalu di-share dengan nada bangga. Mama menggunakan sosmed bukan untuk dirinya sendiri, melainkan status-statusnya tentang anaknya saja.

So, mereka semua tahu apa kegiatan dan sesuatu yang telah dicapai. Saya tidak keberatan, tidak memintanya, tapi senang dengan perlakuan seperti itu. Teman-teman Mama dan keluarga besar ikut bangga, bahkan memuji dan mendoakan dengan tulus.

Pencitraan? Tidak juga. Pamer? Belum tentu. Tebar pesona dan narsisme? Sepertinya tidak.

Kesan-kesan seperti itu hanya akan terlihat jika kita menilainya secara negatif. Tapi, cobalah menilai secara positif. Menurut saya, anak akan termotivasi saat ia dibanggakan di depan banyak orang. Bukan termotivasi untuk menjadi sombong dan narsis, tetapi termotivasi untuk percaya diri, mengembangkan kepribadian yang menarik, berprestasi, dan meraih kesuksesan di masa depan. Pujian dan kebanggaan orang tuaa hanyalah bonus. Bukanlah tujuan utama. Ini hanyalah salah satu bentuk reward dan motivasi orang tua pada anak.

Rasanya Young Lady sudah lelah. Maunya cepat-cepat tarik selimut dan tidur cantik. Tidak mau repot-repot cari teori psikologi perkembangan dan macam-macam. Ini hanya tulisan cantik pelepas lelah. So, tak ada salahnya membanggakan anak di depan banyak orang bila tujuannya ingin memberikan penghargaan dan motivasi.

Kompasianer, pernahkah orang tua membanggakan kalian? Ataukah sebagai orang tua, kalian membanggakan anak di depan banyak orang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline