"Ayah, tunggu Angel ya? Angel nggak mau Ayah sedih sendirian..."
Gadis kecil tujuh tahun itu tersenyum lembut. Membelai halus kedua tangan Calvin. Tangan Angel yang mungil terasa begitu hangat.
"Iya, Sayang. Ayah tunggu." ujar Calvin lembut.
"Angel nggak akan lama. Begitu latihannya selesai, Angel langsung pulang."
Mata bening itu menerbitkan sejuta janji untuk segera kembali. Angel melingkarkan lengannya, memeluk Ayahnya manja. Ia pun nampak enggan untuk pergi. Namun latihan hari ini wajib untuk persiapan pentas minggu depan. Ia terpaksa harus pergi.
Calvin menatap lekat sepasang mata bening milik putri semata wayangnya. Sama seperti Angel, hatinya serasa berat untuk berpisah. Bahkan lebih berat dari biasanya. Sisi lain hatinya menghiburnya, Angel pergi takkan lama. Hanya satu setengah jam. Setelah itu, ia akan kembali.
Pelan, Angel melepas pelukannya. Mencium pipi Calvin. Calvin membalas ciumannya.
"Mau Ayah antar?" tawarnya.
"Nggak usah. Gedung latihannya kan dekat rumah. Cuma dua blok. Angel bisa sendiri." tolak gadis kecil itu berani.
"Tapi Sayang...bagaimana kalau Ayah antar saja? Ayah khawatir Angel kenapa-napa."
"Ayah di rumah aja ya? Nanti demamnya tambah parah. Angel bisa sendiri kok."