Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Berapa Banyak Waktu yang Kita Miliki untuk Mereka?

Diperbarui: 6 September 2017   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Minggu pertama kuliah biasanya diisi dengan perkenalan dan orientasi perkuliahan. Tak jarang dosen mengajak para mahasiswanya untuk sharing dan bertukar cerita tentang masa liburan. Seperti yang terjadi hari ini.

Dosen menanyai kami tentang aktivitas yang kami lakukan selama liburan semester genap. Pertanyaan yang menyenangkan untuk mengawali perkuliahan. Jawabannya beragam. Ada yang mengisi liburan dengan traveling, mengembangkan hobi, naik gunung, belajar bahasa asing, berjualan makanan, bisnis wedding organizer, kerja part time, menjadi translator, mengajar mengaji, dan mengajar anak-anak TK. Saya sendiri mengisi liburan dengan mengembangkan hobi. Teman-teman saya ternyata kreatif.

Namun, ada satu mahasiswa yang memberikan jawaban di luar dugaan. Sebut saja namanya Rose. Gadis itu menjawab dengan wajah innocent.

"Saya quality time sama Mama selama liburan."

Teman-teman saya yang lain tertawa. Mereka meledek Rose. Mengatakan kalau rumah Rose dekat, sehingga tak perlu quality time. Rose bisa bertemu Mamanya setiap hari. Akan tetapi, tanggapan Rose berikutnya lebih mengagetkan lagi.

"Soalnya selama kuliah saya jarang punya waktu. Makanya liburan ini saya manfaatkan buat quality time sama Mama."

Mereka kembali menertawakan Rose. Hanya saya yang tidak tertawa. Saya menangkap makna lain dari jawaban Rose.

Jawaban Rose membuat saya tertampar. Ada yang menyentuh hati saya. Di saat saya dan teman-teman mahasiswa lainnya sibuk mengasah potensi selama liburan, Rose justru lebih memilih quality time dengan Mamanya. Ia memprioritaskan keluarga dibandingkan dirinya sendiri. Rose berusaha menebus waktunya yang hilang. Mengobati kerinduan pada Mamanya.

Saya salut dengan Rose. Meski tidak kenal dekat dengannya, tapi saya dapat mengambil pelajaran berharga darinya. Jawaban polos Rose membuat saya bercermin pada diri saya sendiri.

Rasanya saya malu pada diri sendiri. Hati saya dipenuhi rasa bersalah. Ternyata saya masih menjadi orang yang egois. Kemana saja saya selama ini?

Saya tidak akan menghitung lagi berapa banyak orang jahat di dunia ini. Tapi saya bersyukur sebab masih ada orang-orang baik yang tulus menyayangi saya. Sungguh, saya bersyukur bisa mengenal mereka yang disayangi dan menyayangi saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline