Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Kapan Pun, Aku Selalu Ada

Diperbarui: 19 Februari 2017   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perbincangan ringan di depan lift berhasil mengalihkan kejenuhan mereka. Gadis bergaun merah itu berdiri di antara teman-temannya. Lebih banyak mendengarkan. Sesekali tersenyum menanggapi. Sampai akhirnya Cacha melemparkan pujian.

“Hei, dress kamu bagus deh. Baru ya? Beli dimana, Princess?”

Princess, ia suka panggilan itu. Gaun-gaun cantik yang dikenakannya membuat beberapa teman melekatkan panggilan itu padanya. Jika ada Princess, pasti ada Prince. So, dimana Prince itu?

“Cacha ikut-ikutan aja. Pasti pengen punya baju kayak gitu.” Sergah Meisha. Sejurus kemudian ia berpaling menatap gadis bermata biru itu.

“Maurin, kamu masih suka ke rumah singgah khusus anak-anak pengidap kanker itu?”

“Kenapa memangnya?” Si gadis balik bertanya.

“Aku pengen ke sana. Kamu mau ikut?”

“Mau banget! Aku kangen anak-anak itu. Mereka pasti butuh support dan kasih sayang dari kita.”

Gadis itu menyukai anak kecil. Ia senang bermain, mengajar, dan mendengarkan cerita mereka. Ia pun menyukai tingkah lucu mereka.

Anak kecil, khususnya anak-anak pengidap kanker dan anak yatim-piatu menjadi tempatnya berbagi. Berbagi kebahagiaan dalam bentuk rezeki. Memberikan sesuatu yang mereka butuhkan. Mencintai, menyayangi, dan mengasihi mereka setulusnya.

Pintu lift terbuka. Mereka bergegas masuk. Si gadis menghela nafas lega. Paling tidak ia ditemani beberapa orang di dalam lift. Jujur, ia tak suka naik lift sendirian. Terlalu banyak hal tak kasat mata berenergi negatif yang dilihatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline