Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Telah Terikat Janji

Diperbarui: 14 Januari 2017   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

3,61. Tiga angka itu ditatapnya lekat. Indeks prestasinya semester ini. Cum laude. Seperti semester sebelumnya. Bahkan IP-nya jauh lebih besar.

Sepercik rasa syukur bercampur heran. Syukur karena prestasi akademiknya cukup memuaskan. Heran lantaran ia tak pernah hadir secara full di kelas, namun mendapat nilai bagus. Waktunya terbagi antara kegiatan akademik dan non akademik.

“Tiga koma enam satu? Alhamdulillah...”

Mama tersenyum puas. Mengelus rambutnya. “Semester depan ditingkatkan ya?”

Ia hanya mengangguk. Sejurus kemudian meraih handphone. Bercerita pada orang-orang yang menurutnya bisa ia percaya. Monsieur Aran bersyukur dan mendoakannya. Anton bangga padanya. Keren, itulah tanggapan Rinie dan Boris. Mr. Johanis senang dan mengharapkannya meningkatkan prestasi.  Proficiat, ungkapan senada yang dilontarkan Pater Gordi dan Mr. Pebrianov. Renna dan sahabat-sahabatnya menyampaikan hal yang sama.

Lalu, bagaimana dengan yang berjubah dan yang telah melepas jubah? Ia pun berbagi kebahagiaan dengan mereka.

**     

“Minggu depan kamu ikut ya? Mama sama Papamu harus mengurus perpanjangan SIM A.” pinta sang Mama.

“Okey. Berarti nanti aku bisa ke rumah Della dan ketemu keluarga besar?”

“Bisa, Non.”

Saat itu mereka berada di food court sebuah mall. Bersantai sejenak setelah mengunjungi klinik kecantikan langganan mereka. Soal jalan-jalan dan makan di luar, ibu dan anak satu ini memang kompak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline