Lihat ke Halaman Asli

Nobar Film "Tengkorak" Membuatmu Lebih Akrab dengan Sahabat

Diperbarui: 22 Februari 2019   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc: instagram @tengkorak.crew

Film ini banyak mendapatkan respon positif dari masyarakat; hal itu menjadi salah satu alasan diangkatnya film ini ke bioskop. Kami tidak memaksa penikmat film untuk menonton. Namun demikian, apabila masyarakat Indonesia mau sedikit saja berkorban untuk menonton film ini, kami menjanjikan sebuah sajian yang tidak akan kalian sesali. (Yusron Fuadi, dalam https://sv.ugm.ac.id/)

Ada yang sudah memanjakan mata dengan film Tengkorak? Beruntunglah kamu jika sudah menikmati sajian science-fiction garapan dosen dan mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada ini. Karya yang telah menjadi nominasi Best Film untuk kategori Science Fiction, Fantasy, dan Thriller dalam Festival Film Cinequest di Sanjose, California, Amerika Serikat ini berhasil tayang di layar lebar usai melalui perjalanan panjang.

Yusron Fuadi, sutradara sekaligus pemain dalam film ini mampu menyuguhkan cerita unik kolaborasi antara fiksi, humor, dan real life dengan latar budaya Yogyakarta. Dengan modal kesungguhan dan dana seadanya, film ini juga sukses dalam Festival Film Asia JAFF 2017.

Doc: instagram @tengkorak.crew

Berawal dari gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 yang memunculkan sebuah artefak raksasa berupa tengkorak manusia dengan ukuran yang tak masuk akal. Penemuan tengkorak sepanjang 1,8 km ini menggegerkan masyarakat dunia hingga tak sedikit stakeholder yang ingin terlibat dalam penelitiannya. Pemuka agama, pemerintah, dan mahasiswa bergerak mengikuti asumsi masing-masing. Sementara rakyat sipil hanya duduk manis di depan saluran televisi untuk menyaksikan perkembangan situasi tersebut.

Konflik mulai nampak ketika seorang profesor dari Perancis yang ikut meneliti tewas secara tiba-tiba. Mahasiswi magang peracik kopi kesukaan profesor Philip (Wolfram Stanek) membawa informasi penting seputar penemuan langka tersebut. Di tengah misteri bukit tengkorak, International Monetary Fund (IMF) menawarkan diri dalam melunasi hutang negara dengan syarat bukit ini harus dihancurkan demi meredam kehebohan.

Gadis magang kepercayaan profesor Philip di Balai Penelitian Bukit Tengkorak (BPBT), Ani (Eka Nusa Pertiwi) justru bertekad untuk mengungkap penemuan fosil tengkorak tersebut pada dunia. Problem multinasional yang dihadapi Ani tentu mengancam nyawanya. Ia hampir terbunuh di kamar kosnya sendiri. Beruntung Mas Yos (Yusron Fuadi) menyelamatkannya, kemudian membawa Ani ke markas pemantauan milik Letnan Jaka (Guh S Mana). Bersama Yos dan Letnan Jaka, secara perlahan Ani menemukan solusi. Namun pada akhirnya kegigihan mereka berujung pada duka yang mendalam.

Doc: instagram @tengkorak.crew

Nah, berikut benefit buat kamu yang sudah mengkonsumsi film tengkorak:

Memacu diskusi positif dalam persahabatan

Bentuk fiksi ilmiah memaksa audience untuk berpikir dua kali dalam proses penyerapan alur cerita. Pun miniatur latar dengan design sedemikian rupa yang terkadang berada di garis fakta dan imaji. Efek visual 3D yang mantap dan menggugah rasa penasaran juga memperkaya kualitas film ini. Siapa sangka jika BPBT adalah hasil miniatur produksi mahasiswa UGM. Pun menara pengawas yang terlampau tinggi dalam film ternyata berada di tanah lapang. Kreativitas tanpa batas.  Agar dapat memahami jalan cerita film yang rilis akhir tahun 2018 ini memerlukan berbagai sudut pandang. So, menikmati film ini bersama orang terdekat akan memacu diskusi yang renyah tentang makna dan alur cerita.

Disclaimer: tidak disarankan menonton film Tengkorak seorang diri karena menyebabkan gagal paham, sesak napas, dan patah hati berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline