Masalah gizi pada balita dan perempuan hamil masih menjadi fokus utama yang perlu diperhatikan oleh negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu kasus yang marak terjadi adalah stunting. Menurut WHO (World Health Organization), stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang dapat disebabkan karena anak mengalami kekurangan asupan gizi, terjangkit infeksi, dan kurang mendapatkan stimulasi.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Doddy Izwardy memaparkan beberapa faktor penyebab stunting. Salah satu faktor yang menjadi masalah di Indonesia yaitu pola asuh anak yang kurang baik. Sebagian besar orang tua belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan gizi dan pentingnya memberikan ASI eksklusif 0-6 bulan. Faktor lain yaitu masih terbatasnya layanan kesehatan yang berkualitas di Indonesia.
Stunting mulai terlihat saat anak menginjak usia 2 tahun dengan ciri postur tubuh lebih pendek daripada anak lain yang sebaya. Menurut ahli gizi dari Universitas Indonesia (UI) Dr Tirta Prawitasari MSc, SpGK, stunting biasanya juga diikuti dengan kemampuan kognitif anak yang lemah. Dalam jangka panjang masalah stunting akan mempengaruhi kondisi kesehatan (kinerja otak, jantung, penyakit kronis) dan prestasi akademik anak.
Berdasarkan data olahan World Bank tahun 2017, sekitar 8,8 juta atau 1 dari 3 anak di Indonesia mengalami hambatan pertumbuhan tinggi badan karena stunting. Kasus stunting di Indonesia bahkan memiliki persentase yang cukup menghawatirkan, mencapai 36%. Angka tersebut melebihi kasus di negara Filipina (30%) dan Cina (9%). Stunting juga menyumbang angka kematian balita yang cukup tinggi di dunia, yakni 1 juta jiwa per tahun (UNICEF).
Wakil presiden Indonesia pun memimpin rapat pleno upaya percepatan penanganan stunting 12 Juli 2017 dan 9 Agustus 2017 yang menghasilkan 5 pilar penanganan stunting, yaitu:
- komitmen dan visi pemimpin tertinggi negara,
- kampanye nasional berfokus pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas,
- konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program nasional, daerah, dan masyarakat
- mendorong kebijakan "nutritional food security"
- pemantauan dan evaluasi
Pelaksanaan kampanye dilakukan melalui media poster dan video edukasi. Pemerintah juga menetapkan 160 kabupaten yang dijadikan prioritas penurunan stunting.
Pemerintah pun mencanangkan kebijakan dalam Pencegahan Stunting dengan bentuk intervensi (Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat MCA Indonesia dalam World Breastfeeding Week 2016), yang meliputi:
1. Intervensi Gizi Spesifik
Menurut Dr Rita Ramayulis, DCN, MKes dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), stunting disebabkan oleh berbagai faktor sehingga dalam penanganannya memerlukan kolaborasi nutrisionis, dietisien dengan profesi medis, bidan, perawat, sanitarian, dan tenaga kesehatan lainnya. Penanganan yang dilakukan oleh tenaga medis bersifat jangka pendek.
a. Suplemen makanan ibu saat hamil
Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan asam folat. Zat besi berguna untuk mengurangi risiko anemia saat proses persalinan. Sementara asam folat berperan penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi serta mempersempit risiko stunting. Saat masa kehamilan, seorang ibu juga perlu mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet.